Terbukalah Mata Mereka
Peristiwa perjalanan dua orang murid pulang ke kota Emaus merupakan episode yang harus kita hayati dalam hubungannya dengan Perjamuan Kudus. Lukas 24:30-31 mengatakan “waktu Yesus duduk makan dengan mereka, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.” Perjamuan Kudus lah yang menjadi momen perjumpaan kedua murid dengan Yesus Kristus dalam tubuh kebangkitan. Tidak perlu diragukan betapa kehadiran Yesus Kristus itu sangat nyata melalui Perjamuan Kudus.
Sayangnya gereja reformasi khususnya yang mengikuti pengajaran reformator dari Zurich (Swiss) bernama Ulrich Zwingli, perjamuan kudus hanya dipandang sebagai simbol tanpa kekuatan rohani. Pendekatan Zwingli bertujuan untuk menjauhkan diri dari gereja Roma yang menekankan makna magis dari perjamuan kudus. Apa yang diajarkan oleh Zwingli inilah yang mempengaruhi gereja reformasi di Belanda yang kemudian membawanya ke tanah air kita. Alhasil mayoritas gereja memperingati perjamuan kudus tanpa sungguh-sungguh menggali kedalaman maknanya. Pengajaran yang diulang-ulang adalah mengenang kematian Yesus. Tidak lebih dari itu. Karena hanya dipandang sebagai simbol, akhirnya perjamuan kudus pun hanya dilakukan 4x setahun (kuartal). Tradisi inilah yang dianut oleh mayoritas gereja yang terkait dengan reformasi Belanda.
Mayoritas kita hanya akan menganggap perjamuan kudus sebagai tanda untuk mengenang kematian Yesus. Sebenarnya hal ini tidaklah lengkap. Sebab perjamuan kudus terjadi BUKAN HANYA sebelum Yesus mati, tetapi juga setelah Yesus bangkit. Perjamuan Kudus juga merupakan peringatan kemenangan! Perjamuan Kudus adalah momen rohani dimana Roh Allah membuka mata kita akan realita kehadiran dan keterlibatan Allah dalam seluruh peristiwa KerajaanNya. Jika mata kita tidak terbuka ketika melakukan perjamuan kudus, kemungkinan besar itu karena pola pikir kita terkunci pada satu penghayatan. Itulah mengapa mayoritas kita kurang mengalami perjumpaan dengan Tuhan melalui ritual perjamuan kudus. Yang mungkin sering muncul adalah keluhan karena satu dan lain hal. Rindukah anda mengalami mata yang terbuka? Jika ya, ubahlah pola pikir tradisional-historikal yang sempit mengenai perjamuan kudus.
Perjamuan yang Tuhan Yesus berikan sebagai sakramen kudus mempunyai tiga pemaknaan karena ada 3 terminologi dalam Perjanjian Baru:
- Ekaristi (Yunani: eucharistesas. Inggris: Eucharist) – fokus peringatan adalah Ucapan Syukur. Arti ‘Ekaristi’ adalah ucapan syukur (Thanksgiving). Baca: Markus 14:22-23 & 1 Korintus 11:24.
- Komuni (Yunani: koinonia. Inggris: Holy Communion) – fokus penekanan adalah komunitas, kesatuan. Baca: Kisah Rasul 2:42 & 1 Korintus 10:16.
- Perjamuan Tuhan atau Perjamuan Kudus (Yunani: kuriakos deipnon. Inggris: Lord’s Supper) – fokus pelaksanaan adalah mengenang penyaliban Yesus.
Anda mau mengalami kasih Allah dengan real lewat perjamuan kudus? Jangan mengunci keyakinan hanya pada penghayatan nomor 3.
Pdt Budianto Lim