Yeremia 29:7
“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” – Yeremia 29:7
Tanggal 09 Agustus adalah hari kemerdekaan Singapura dan tanggal 17 Agustus adalah hari kemerdekaan Indonesia. Waktu yang berdekatan membuat kita bertanya: Sebagai orang Indonesia yang tinggal di Singapura, bagaimana sikap kita terhadap Singapura, dan bagaimana juga sikap kita terhadap Indonesia? Yeremia pasal 29:7 memberikan kepada kita gambaran umum prinsip Alkitab tentang hal ini.
Pada masa Yeremia menulis ayat ini, bangsa Israel sedang dalam pembuangan ke Babel (ay. 4). Dengan demikian dorongan untuk “mensejahterakan kota” di sini adalah untuk kota Babel, kota sang penjajah. Mengapa perintah Tuhan demikian? Buat apa mensejahterakan kota musuh? Dalam ayat 10 disebutkan bahwa bangsa Israel baru akan diperhatikan oleh Tuhan dan dikembalikan ke Yerusalem 70 tahun mendatang. Jadi dari pada berpikir terus untuk kembali pulang, orang Israel saat itu diharapkan untuk “mendirikan rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya; ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang!” (ay. 5-6). Dengan kata lain generasi bangsa Israel saat itu mau tidak mau harus tinggal di Babel! Daripada bermimpi seperti nubuatan nabi palsu bahwa mereka akan segera pulang, Tuhan mengarahkan bangsaNya untuk menjalani kehidupan sebaik-baiknya di Babel, di tanah perantauan. Mereka bahkan diminta untuk mengusahakan kesejahteraan kota Babel dan mendoakannya. Alasan Tuhan jelas yaitu karena jika kota Babel sejahtera maka mereka sebagai penduduk juga akan sejahtera. Aplikasi dari hal tersebut di atas adalah jelas dan sama untuk kita sebagai warga dari kota tertentu atau warga dari negara tertentu. Kita tinggal di Singapura, karena itu kita diminta berdoa dan mengupayakan kesejahteraan Singapura. Dan kalua suatu kali kelak kita kembali ke Indonesia kita akan mendoakan dan mengupayakan kesejahteraan Indonesia.
Bagaimana “ke-Indonesia-an kita?” Jika kita masih Warga Negara Indonesia, sekalipun Permanent Resident, prinsip ayat ini masih berlaku dari segi status kewarga-negaraan. Sama seperti bangsa Israel dulu tetap memperhatikan tanah airnya dan mendoakannya dan bahkan mendukung bangsanya seperti Zerubabel, Ezra dan Nehemia yang melakukan sesuatu mulai dari perantauan mereka, kita juga tetap memperhatikan dan mendoakan tanah air kita. Dan jika memungkinkan kita membantu juga dengan hal-hal tertentu yang bisa kita lakukan. Di sinilah keunikan orang Indonesia yang tinggal di Singapura! Kita menjadi warga dari dua negara: yang satu karena domisili, yang lain karena status kewarga-negaraan.
Cara berpikir ini merupakan cara berpikir bangsa pilihan Allah, kesejahteraan bukan semata kesejahteraan sendiri atau keluarga atau kelompok sendiri saja. Allah mengajarkan kita untuk melihat konteks yang lebih besar: kota atau negara! Kehidupan kita dalam keluarga, dunia kerja/usaha dan gereja membawa dampak kepada lingkungan kita. Kita juga tidak akan melakukan tindakan jahat atau merugikan lingkungan karena tahu persis hal tersebut akan mengurangi kesejahteraan lingkungan. Jika semua orang Kristen menghayati cara pandang demikian dan dapat menjadi teladan bagi warga lainnya maka hal ini akan membawa dampak bagi kesejahteraan baik bagi Singapura, maupun bagi Indonesia di mana kita menjadi bagian di dalamnya. (DjH)