POST-TRUTH
“Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” (2 Timotius 4:3-4)
Setiap tahunnya Oxford Dictionaries akan memilih Kata Tahun Ini (word of the year) yang mencerminkan tren di tahun tersebut, dan di tahun 2016 mereka memilih kata ‘post-truth’ (paska-kebenaran) sebagai Kata Tahun 2016. Penyunting Oxford Dictionaries mencatat bahwa penggunaan kata ini meningkat lebih dari 20 kali lipat pada tahun 2016, dimana kata ini banyak digunakan untuk melukiskan referendum di Britania Raya dan pemilihan presiden di Amerika Serikat baru-baru ini, yaitu betapa orang-orang lebih memilih untuk mendengar apa yang mereka mau dengar meskipun hal tersebut salah ketimbang mendengarkan fakta/apa yang sebenarnya terjadi. Tentunya, hal ini bukan barang baru di dalam politik, berhubung politisi pada umumnya suka menabur janji kosong dan tidak realistis saat berkampanye demi mendapatkan suara sebanyak-banyaknya. Namun, yang berbeda pada tahun ini adalah (1) demokratisasi sumber berita, dimana media tradisional/arus utama tidak lagi dianggap sebagai otoritas kebenaran dan digantikan posisinya oleh media alternatif yang menjamur dimana-mana dan (2) eksistensi media sosial yang memudahkan orang-orang untuk membagikan ‘berita’ dari media-media alternatif ini dengan cepat.
Hal ini akan diperparah jika kita hanya ingin mendengar apa yang kita mau dengar, dimana kita hanya akan membaca berita dari teman-teman yang memiliki pendapat yang sama dengan kita, dan tidak menghiraukan berita-berita yang tidak sesuai dengan keyakinan kita. Ini serupa dengan apa yang ditulis oleh rasul Paulus kepada Timotius, dimana ia melukiskan bahwa akan ada orang-orang yang hanya ingin memuaskan keinginan telinganya dan karena itu memilih untuk memalingkan telinganya dari kebenaran untuk mendengar dongeng (2 Timotius 4:3-4). Kebenaran terkadang menyakitkan dan tidak sesuai dengan apa yang kita mau, namun yakinlah bahwa tidak selamanya kita dapat menyangkal kebenaran dan pada akhirnya “kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:32) (SH)