Teror (Lagi)
Dunia kembali dirundung duka. Teror menimpa Istanbul dan Brussels. Bom bunuh diri di Istanbul pada hari Sabtu minggu lalu menewaskan lima orang dan melukai 36 orang, sementara hari Selasa yang lalu 3 pelaku bom bunuh diri meledakkan diri di Brussels, dimana setidaknya 34 orang meninggal dunia dan 271 orang luka-luka.
Tragedi ini langsung dieksploitasi oleh beberapa politisi partai Republikan yang sekarang sedang menjalani masa pemilihan calon presiden untuk pemilihan umum di bulan November nanti. Donald Trump, misalnya, kembali menyuarakan usulannya untuk melarang semua Muslim untuk masuk ke Amerika Serikat dan melegalkan penyiksaan sebagai metode interogasi tersangka terorisme. Respon seperti inilah yang diinginkan oleh teroris, yaitu untuk memberikan impresi adanya konflik yang fundamental antara dunia Barat dan dunia Muslim, dimana kebencian dibalas dengan kebencian yang akhirnya berujung dengan perang dengan skala global.
Teolog Stanley Hauerwas menulis, “Sejak 9/11, Amerika dikuasai oleh rasa takut, dan ironisnya, usaha kita untuk tetap menjadi negara adidaya di dunia sebenarnya didorong oleh rasa takut ini, terutama rasa takut kepada kaum yang berbeda dengan kita.” Padahal, lanjut Hauerwas, impuls ini bertolak belakang sepenuhnya dengan mandat Kristus untuk mengasihi sesama kita, bahkan musuh kita sendiri.1
Di dalam suratnya, Yohanes menulis, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan.” (1 Yoh 4:18) Teroris berusaha untuk menakut-nakuti kita dan membuat kita membenci mereka, namun kita tidak perlu takut ataupun berespon berlebihan terhadap usaha teroris tersebut, karena kita meyakini bahwa kita berada di dalam kasih Allah yang telah mengalahkan maut, sebagaimana yang kita saksikan dan rayakan pada hari ini dalam Minggu Paskah. Kristus telah bangkit! Hai maut, dimanakah kemenanganmu? Hai maut, dimanakah sengatmu? Kita yakin, bahwa baik mau, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, ataupun sesuatu makhluk lain, apapun itu, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (bdk. 1 Kor 15:54-55, Rm 8:37-39). Teroris mungkin bisa merenggut nyawa kita, namun ia tidak akan bisa memisahkan kita dari kasih Allah. Kristus bangkit! Selamat Paskah! (SH)
1Hauerwas, Stanley. 22 Maret 2016. ‘Do Not Be Afraid’: Trust in God and the Politics of Fear. Diambil dari: http://www.abc.net.au/religion/articles/2016/03/22/4429653.htm