ANTUSIAS VERSUS APATIS
“Bertolong-tolonganlah menangung bebanmu!
Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (Galatia 6:2)
Ada dua anak yang sedang bermain dengan mainan mereka. Seusai bermain, ketika diminta untuk membereskan mainannya, sang kakak dengan semangat langsung melakukannya, sedangkan si adik merengek-rengek menolak untuk membereskannya. Setelah hampir setiap hari menghadapi episode yang sama, sang ibu terbiasa dan mengerti, maka diapun lebih sering meminta sang kakak untuk membantu adiknya. Si ibu melihat bahwa kakaknya ternyata lebih mau mendengar dan cepat mengerti pengajaran dari ibunya bahwa sebagai sesama saudara sekandung harus saling tolong menolong tanpa pamrih, sedangkan si adik, sering melakukan perintah ibunya jika ada iming-iming upah atau hadiah.
Sebagai orang dewasa dalam kehidupan kita baik di luar atau di dalam gereja, kita juga acapkali melakukan tindakan kekanak-kanakan seperti kedua kakak beradik di atas, hanya saja alasan-alasan yang kita kemukakan lebih bersifat argumentatif. Better to get than to give begitu filosofi ini dipegang kuat oleh mayoritas manusia. Kita bertendensi lebih suka dibantu ketimbang membantu. Ketika kita susah, kita marah-marah ketika tidak ada satu orangpun membantu kita. Kita tidak mau mengerti apapun alasan mereka. Sebaliknya, ketika ada orang lain yang susah kita tidak marah-marah kepada diri kita sendiri ketika kita tidak mau membantu mereka. Dengan entengnya kita keluarkan berbagai jurus alasan agar orang lain mau mengerti kita. Itulah sebabnya tidak heran seringkali kita melihat di gereja ada orang yang begitu banyak pekerjaan -baca: pelayanan- seolah-olah tidak pernah habis, tetapi sebaliknya ada juga orang yang begitu `nganggurnya`, ngak ada kerjaan apa-apa yang dilakukan untuk gereja. Yang sibuk kesibukan, yang nganggur kengangguran. Sebagai manusia biasa, amat wajar ketika yang terlalu sibuk, satu saat bisa merasakan keletihan batin.
Galatia 6:2 berbicara dengan sangat bagus, sebagai umat satu keluarga besar GPBB marilah kita saling tolong menolong menangung beban kita. Setiap kita berubah tidak lagi marah ketika orang lain tidak menolong kita, tetapi marah kepada diri sendiri ketika diri sendiri tidak menolong orang lain. GPBB tahun 2020 akan berusia 25 tahun, sebuah usia yang dewasa. Kedewasaan ini haruslah ada pada setiap jiwa dan kerohanian jemaatnya. Seluruh jemaat ingin berbuat sesuatu untuk Tuhan melalui GPBB. Semua jemaat hidup dalam atmosfir saling tolong menolong. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.
Melalui kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada jemaat yang telah bersikap sebagai sang kakak, ringan tangan dan bekerja tanpa pamrih. Kepada jemaat yang bersikap seperti sang adik, kami mengajak kita semua untuk memenuhi hukum Kristus dengan saling tolong menolong. Masih banyak hal di GPBB yang belum tersentuh, yang perlu digarap dan dikembangkan dan itu memerlukan partisipasi kita semua, entah kakak, entah adik. Pada akhirnya, segenap jemaat rela untuk mendedikasikan setiap talentanya bagi keberlangsungan dan kemajuan GPBB. (J.Th)