KAU UBAH RATAPKU JADI TARIAN (MAZMUR 30:11-12)
Judul diatas adalah judul sebuah buku karya Henry Nouwen, seorang yang selama 10 tahun terakhir hidupnya diabdikan pada Komunitas L`Arche di Daybreak, Toronto, Canada. Komunitas Daybreak adalah semacam Panti Asuhan untuk para penyandang cacat. Kekuatan buku itu adalah tidak membahas tentang bagaimana kita dapat bertahan dalam masa-masa sulit, tetapi bagaimana kita dapat hidup secara penuh di tengah dan melewati masa-masa itu.
Buku itu asyik untuk dibaca. Di halaman awal sudah tertera tulisan seperti ini: “Saya juga menemukan hal lain di Daybreak: Orang-orang tidak terlalu mempertanyakan, bagaimana saya bisa menyingkirkan penderitaan saya, tetapi bagaimana saya dapat menjadikan penderitaan ini sebagai kesempatan untuk mengalami pertumbuhan dan pemahaman yang mendalam.” Luar biasa bukan! Padahal mereka adalah orang-orang yang tidak bisa membaca dan tidak bisa merawat dirinya sendiri. Mereka adalah disable people, orang-orang yang dibuang oleh dunia yang hanya menghargai orang-orang yang utuh, pintar dan sehat. Namun, mereka adalah orang-orang yang tidak melewati hari-harinya dengan mengeluh, meratap atau mengemis-ngemis belas kasihan. Mereka telah menjadi orang-orang yang menari dalam tarian kemenangan.
Setelah membaca buku itu, saya tidak pernah habis pikir, kenapa banyak gereja mengajarkan bahwa penderitaan adalah bukti Allah tidak memberkati kita. Sukses, sembuh, sehat, kaya, lancar, dan berkat-berkat luar biasa lainnya harus menjadi claim setiap anak-anak Tuhan. Saya tidak pernah habis heran, mengapa masih ada saja gereja-gereja di jaman kini yang terus memelihara pandangan keliru dari Elifas, Bildad dan Zofar, para sahabat Ayub yang menghakimi Ayub dan mengatakan bahwa penderitaan Ayub adalah oleh karena dosa-dosanya. Lebih lagi, saya tidak pernah habis renung, kenapa banyak orang Kristen percaya dan malah terpikat dengan ajaran seperti itu.
Yesus Kristus selama hidupnya penuh dengan penderitaan. Lahir di kandang binatang, mengungsi ke Mesir sampai matinyapun di kayu salib. Yesus Kristus tidak gentar menghadapi penderitaan, tetapi Dia mengubah penderitaan menjadi alat untuk membawa Ia lebih dekat dengan BapaNya. Tuhan Yesus tidak memandang penderitaan sebagai gangguan hidupNya tetapi memakainya sebagai sarana untuk semakin merasakan berkat-berkat Allah Bapa.
Jika hidup kita harus mengalami penderitaan, kita diajak untuk merasakan kasihNya. Walaupun kita hidup di tengah-tengah luka, penderitaan dan kehancuran, tetapi kita bisa melihat bagaimana Allah memakai penderitaan untuk membentuk dan membawa kita lebih bertumbuh dan kuat dalam kuasaNya. Kita harus sabar bahwa kehidupan ini memerlukan proses bukan instant. Perubahan butuh proses, kesuksesan, kesembuhan butuh proses. Tetapi kita juga harus sadar bahwa mungkin juga ada perkara yang tidak sesuai dengan harapan kita, disinilah diperlukan keberanian untuk bersyukur dan menikmati hari-hari penderitaan. Rasul Paulus berkata: “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2 Korintus 12:10) Selamat Tahun Baru 2020. Allah Imanuel beserta kita semua melewati kemungkinan berbagai rintangan kehidupan sepanjang 2020. Jadilah orang-orang yang menari dengan air mata dalam tarian kemenangan. (J.Th)