D E B U
by GPBB ·
D E B U
“Memento homo, quia pulvis es, et in pulverem reverteris.”Remember, human, that you are dust and unto dust you shall return. (bdk. Kej 3:19)
Minggu ini kita memasuki Minggu Prapaskah yang pertama, dimana umat diajak untuk memasuki masa pertobatan selama 6 minggu sebelum merayakan Paskah. Masa Prapaskah secara resmi dimulai pada hari Rabu Abu, yaitu 40 hari sebelum hari Minggu Paskah (dengan tidak memasukkan 6 hari Minggu Prapaskah ke dalam perhitungan 40 hari tersebut), yang diperingati pada tanggal 17 Februari kemarin ini.
Abu sendiri adalah simbol dari pertobatan di Alkitab. Ayub, misalnya, berkata bahwa “dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu” (Ayub 42:6) ketika ia menyadari bahwa ia telah bersalah terhadap Allah. Ketika Niniwe bertobat dan percaya kepada Allah, maka segenap orang Niniwe mengenakan kain kabung dan rajanya pun duduk di abu (Yun 3:5-6). Abu/debu juga merujuk kepada hakikat manusia ketika ia diciptakan, yaitu bagaimana Allah membentuk manusia itu dari debu tanah (Kej 2:7) dan bahwa “engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kej 3:19). Esensi manusia sebagai debu ini mungkin semakin terasa akut selama pandemi ini, dimana kita semakin sensitif dan sering mendengar berita kematian, terutama dari tanah air.
Angka ‘40’ sendiri di dalam Alkitab juga banyak berhubungan dengan waktu persiapan sebelum menghadapi peristiwa yang penting. Musa bersama dengan Tuhan di gunung Sinai empat puluh hari dan empat puluh malam, tidak makan roti dan tidak minum air, sebelum ia menuliskan kesepuluh Firman Tuhan pada dua loh batu (Kel 34:28). Elia berjalan selama empat puluh hari dan empat puluh malam ke Gunung Horeb sebelum ia berjumpa dengan Tuhan di sana (1 Raj 19:8). Dan, tentunya, Yesus berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam sebelum Ia dicobai oleh Iblis (Mat 4:2). Karena itu, masa Prapaskah biasanya diisi dengan berpuasa atau pantang makanan tertentu atau menanggalkan kebiasaan tertentu, sebagai sarana untuk memfokuskan diri kita kepada Salib Kristus.
Memasuki masa Prapaskah, marilah kita mengingat hakekat kita sebagai debu dan mempersiapkan diri kita untuk memperingati kematian Kristus dan merayakan kebangkitanNya. Ingatlah bahwa engkau adalah debu, dan engkau akan kembali menjadi debu. Selamat memasuki masa Prapaskah. (SH)