KESAKSIAN PRAPASKAH KEDUA
Kedua anak kami lahir di Singapura. Sejak kecil mereka sudah terbiasa dengan gaya hidup di Singapura, mulai sekolah, pergaulan dan segala tata cara. Tetapi, hanya hal-hal yang baik yang kami usahakan ajarkan dan terapkan kepada anak-anak kami dan hal-hal yang dirasa kurang baik kita diskusikan dengan anak-anak kami agar mereka cerna dan mengerti kalau hal yang kurang baik itu tidak diaplikasikan dalam hidup mereka.
Ketika beranjak remaja, khususnya untuk putra kami, hal-hal yang berbau Nasional Service sudah mulai kita dengar dari pengalaman beberapa teman Singapura kami.
Waktu memang terus merayap, kadang terasa lambat, kadang cepat tetapi pasti. Pada bulan Mei 2013 entlistment sudah diambang pintu dan kami melepas dia di Tekong. Bersama dengan ratusan orangtua lain kami ikut tour di Tekong. Kami makan siang bersama di kantin dan tiba-tiba semua anak sudah harus berkumpul di parade ground.
Perasaan kami campur aduk, kami masih mau peluk putra kami tapi hati juga berkata, “Mau peluk berapa lama lagi? Let him go.” Dalam perasaan penuh kuatir dan takut, Tuhan menguatkan kami. “Kami yakin Tuhan jaga putra kami. Kami yakin tiang awan Tuhan menaunginya pada waktu siang dan tiang api Tuhan menerangi dia pada waktu malam seperti Tuhan Allah menyertai umat pilihan Israel.” (Keluaran 13:21-22) Tiap malam kami menunggu telepon dari putra kami. Walau cuma 5 menit tapi itu adalah precious call. Pertanyaan kami selalu sama, “Bagaimana? Makannya enak?” Tetapi, jawabanyapun selalu sama, “Mom, I’m Ok, everything is fine, got to go now.” Telepon ditutup. Saya tutup mata, satu hari Tuhan sudah lewatkan dengan selamat, terima kasih, Tuhan.
Selesai BMT (basic military training) kami menerima surprise, putra kami mendapat award for the best recruit dalam company dia. Tuhan bukan hanya jaga dia tetapi juga memberi sentuhan kenangan manis. Roller coaster berikutnya ialah waktu dia dipilih untuk masuk OCS (Officer Cadet School) selama 285 hari (9 bulan) Training ini sangat berat termasuk pelatihan di Brunei dan Taiwan. Waktu briefing dengan para orangtua sebelum training overseas, commander berkata: Parents, safety is the most important and No News it means good news! Lagi-lagi saya penuh dengan ketakutan dan kekuatiran tetapi, kamipun teringat lagi tentang tiang awan dan tiang api Tuhan Allah Israel. Kami berserah pada Tuhan dan tidak ingin larut dalam kekuatiran. Tuhan pasti lindungi putra kami.
285 hari dilewati dengan keringat, darah, airmata dan mulus dan lulus. Tuhan Yesus beri kami kesempatan lagi untuk bangga dan berlutut mengucap syukur.
Vocation berikutnya yaitu penempatan. Putra kami terpilih dalam unit Infantry. Kembali saya seperti naik roller coaster ketiga. Tiada hari tanpa doa ucap syukur, berlutut, berserah dan berpengharapan hanya pada Bapa yang Maha Kuasa.
Kini, ketika kesaksian ini ditulis, kurang dari 2 minggu putra kami akan ORD (operation ready date) Semua kami kembalikan kepadaNya. Segala puji hormat dan terima kasih untuk Tuhan atas tiang awan dan tiang api yang terus menaungi dan melindungi putra kami baik waktu hujan deras di hutan lebat, atau waktu melewati sungai ada buaya, waktu minum ‘teh tarik’, waktu makan hanya 1 biskuit sehari di hutan, waktu route march sampai 32 km, waktu terluka, waktu kedinginan, kepanasan, waktu tertawa dan waktu berbagi sukacita.
Keluaran 13:21-22; 2 Korintus 5:7, “Sebab hidup kami adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.” adalah ayat-ayat yang menguatkan kami. Menghadapi berbagai ketakutan, kekuatiran, Tuhan Yesus berkata kepada kami, “Tenanglah, Aku ini, jangan takut!”
Inge Sugianto