Akuntabilitas
by GPBB ·
“Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu.” (Kel 35:21)
Di Keluaran 35 kita membaca mengenai bagaimana umat Israel membawa persembahan kudus bagi Tuhan, baik itu emas, perak, tembaga, kain-kainan, kulit hewan, minyak atau rempah-rempah untuk wangi-wangian, permata, dsb., dan bukan hanya itu saja namun juga talenta mereka untuk membuat Kemah Suci dan segala perkakasnya, termasuk pakaian bagi kaum imam. Di perikop-perikop selanjutnya kita akan membaca bagaimana yang berkeahlian untuk memintai akan memintai, yang berkeahlian untuk menukang akan menjadi tukang dsb. Umat Israel menyambut antusias panggilan ini, sampai-sampai “rakyat membawa lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan TUHAN untuk dilakukan.” (Kel 36:5)
Baru-baru ini kita mendengar berita mengenai salah satu lembaga filantropi berbasis agama yang cukup besar di Indonesia yang ternyata kedapatan menyalahgunakan uang hasil pengumpulan dananya untuk kepentingan pribadi petinggi-petinggi lembaga tersebut. Lebih dekat lagi dengan kita, kasus ini juga serupa dengan petinggi sebuah gereja yang besar di Singapura yang juga kedapatan menyalahgunakan uang persembahan jemaatnya untuk agenda dan ambisi pribadinya sendiri. Kasus penyelewengan dana tentunya juga terjadi di dunia ‘sekuler’, namun ironisnya kasus-kasus seperti ini juga kita temukan di lembaga-lembaga keagamaan yang sepatutnya menjunjung standar yang lebih tinggi, dan mengingatkan kita mengenai mudahnya menggunakan sentimen keagamaan bukan hanya untuk menggerakkan umat namun juga mengeksploitasinya untuk kepentingan pemimpin agama tersebut.
Berbagai kasus ini menjadi peringatan bagi kita pula mengenai bagaimana sepatutnya kita sebagai sebuah gereja mengelola persembahan jemaat. Itulah salah satu alasan mengapa kita mengadakan rapat jemaat tahunan (annual congregational meeting) di gereja kita, sebagai wujud akuntabilitas pemimpin gereja terhadap jemaat mengenai dana yang dikelola gereja. Sebagai umat, bagian kita adalah datang ke rapat jemaat tahunan tersebut supaya kita juga tahu kemana dan untuk apa saja uang tersebut digunakan, dan untuk mendoakannya agar pemimpin-pemimpin kita diberikan hikmat dalam mengelola persembahan ini demi kemuliaanNya. (SH)
Photo by Rūdolfs Klintsons - Pexel