ALKITAB
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik… tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (Mzm 1:1-2)
Baru-baru ini Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih akrab dipanggil Ahok, mengundang kontroversi lewat pernyataannya soal satu ayat Al-Quran. Ahok menganggap ayat tersebut seringkali disalahgunakan untuk membohongi umat, untuk menunjukkan betapa agama seringkali ditunggangi untuk kepentingan politik, sementara sebagian umat Islam sendiri berpendapat bahwa dengan pernyataannya tersebut Ahok telah menghina Al-Quran itu sendiri.
Dalam kontroversi ini, akar dari permasalahannya adalah konsep yang berbeda antara Ahok (dan umat Kristen secara umum) dengan umat Islam mengenai kitab suci dan interpretasinya. Dalam tradisi Kristiani, terutama tradisi Protestan, cukup umum bagi jemaat berusaha untuk menggali dan menginterpretasi Alkitab secara masing-masing. Di sisi lain, Al-Quran sangat dipandang sakral oleh umat Islam dan karena itu mereka cenderung lebih berhati-hati soal bagaimana menginterpretasikan ayat-ayat Al-Quran, dimana tidak sembarang orang bisa berkomentar soal ayat-ayat Al-Quran, apalagi jika orang tersebut bukan umat Islam sendiri.
Lewat kontroversi ini, kita melihat perbedaan dari perspektif keagamaan umat Kristen dengan umat Islam. Kita lebih terbiasa dengan debat interpretasi ayat Alkitab, dan tidak jarang kita bersikap kritis dan berusaha mempertanyakan interpretasi tertentu ketika kita mendengar Pendeta berkhotbah. Namun, pertanyaannya adalah, apakah kita sungguh-sungguh sudah tahu bagaimana cara menggali dan menafsirkan Alkitab dengan benar, ataukah selama ini sebenarnya kita hanya mengandalkan interpretasi atau tradisi orang lain di dalam pemahaman keagamaan kita? Bahwa jangan-jangan kita sendiri juga seringkali menunggangi ayat-ayat Alkitab demi kepentingan kita sendiri? Salah satu prinsip utama gerakan Reformasi di abad ke-16 adalah untuk mengajak umat untuk kembali ke sumbernya sendiri yaitu Alkitab, dan karena itu akan sangat ironis jika umat Protestan sekarang justru buta mengenai Alkitab dan bagaimana membaca dan menafsirkannya dengan benar dan sesuai dengan konteksnya.
Jemaat Tuhan yang terkasih, siang ini kita akan belajar bersama-sama dari Dr Denni Boy Saragih untuk diperlengkapi di dalam membaca dan menggali Alkitab secara pribadi. Mari bersama-sama menghadiri pembinaan ini, bukan semata-mata demi kita menjadi orang yang tambah pintar dan mendapat ilmu baru, namun agar kita semua menjadi umat Tuhan yang semakin cinta dengan FirmanNya. Tuhan memberkati! (SH)