Allah Mendengar
Beberapa hari yang lalu komisi hak asasi manusia (HAM) PBB merilis laporan tentang pelanggaran HAM di Korea Utara. Komisi ini menyimpulkan bahwa kekejian yang dilakukan di penjara-penjara politik rezim Korea Utara dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi di dalam kamp konsentrasi Nazi selama Perang Dunia II. Ratusan ribu orang hidup sebagai tahanan politik dan mesti kerja paksa setiap harinya dari jam 4 pagi sampai jam 8 malam. Jatah makanan harian mereka adalah 150 gram jagung, dan yang inipun sering kurang dari semestinya, sehingga banyak yang perlu mengais-ais rumput atau mencari tikus atau mati karena kelaparan. Bayi-bayi yang lahir di penjara-penjara politik ini dibuang begitu saja oleh para penjaga penjara setelah mereka lahir. Orang-orang yang mencoba melawan akan dieksekusi di hadapan semua tahanan yang lain dengan berbagi cara, baik itu ditembak, digantung, dilempari batu, dibakar, dsb. Bagi yang mati dibakar, abunya kemudian akan digunakan sebagai pupuk untuk menyuburkan lahan. Menyaksikan kekejian manusia yang sungguh tidak terbayangkan ini, wajar jika kita pun bertanya, “Dimanakah Tuhan? Mengapakah Ia diam begitu saja melihat semua kekejian dan penderitaan ini?”
Bangsa Israel mungkin bertanya hal yang sama ketika mereka menderita di tanah Mesir. Ratusan tahun lamanya mereka diperbudak dan ditindas oleh Firaun. Mereka berseru-seru dan meminta tolong, dan di tengah semuanya itu Tuhan seakan ‘diam’ dan tidak bertindak. Namun sesungguhnya Allah tidak tuli. Kitab Keluaran mencatat, “Allah mendengar mereka mengerang, Ia mengingat kepada perjanjianNya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.” (Kel 2:24-25) Allah mendengar doa-doa ratapan bangsa Israel. Ia memanggil Musa dan mulai menjalankan rancangan keselamatanNya bagi bangsa Israel.
Sebagai gereja, kita dipanggil untuk menaikkan doa-doa kita bagi dunia ini. Hidup di Singapura memang tidak mudah, dan tekanan yang kuat bisa menjadikan kita hanya berfokus kepada kondisi hidup kita dan keluarga kita semata. Sudah repot rasanya untuk mengurusi hidup kita sendiri. Namun marilah kita tidak menutup mata kita akan realita dunia yang lebih luas, yang terkadang sangatlah mengenaskan dan sepatutnya mendorong kita untuk meratapinya di hadapan Allah. Kita mungkin merasa bahwa kita tidak berdaya dan bertanya apalah artinya doa-doa syafaat kita ini, namun marilah kita percaya bahwa Tuhan pasti mendengar dan akan menjawab setiap doa ratapan kita bagi dunia ini, sama sebagaimana Ia telah mendengar dan menjawab doa-doa bangsa Israel di Mesir. (SH)