AMSAL
Sepanjang bulan April dan Mei ini kita akan belajar bersama-sama dari kitab Amsal. Kitab Amsal merupakan kumpulan perkataan hikmat yang dikumpulkan oleh umat Israel. Sebagian perkataan-perkataan hikmat ini diasosiasikan kepada Salomo (mis. Ams 1:1, 10:1, 25:1) dan sebagian lagi kepada sumber yang lain (mis. Ams 30:1, 31:1). Di dalam kitab Amsal, kita menemukan berbagai perkataan hikmat tentang bagaimanakah kita harus hidup di dunia ini. Hidup kita sehari-hari tidaklah mudah. Banyak pilihan yang kita hadapi setiap harinya. Bagaimanakah kita mengambil keputusan yang tepat di tengah berbagai pilihan tersebut? Bagaimanakah kita harus bersikap jika diperhadapkan dengan situasi tertentu? Kitab Amsal memberi panduan tentang bagaimana kita dapat hidup sebagai umat yang bijak di dunia ini.
Apakah setiap perkataan di kitab Amsal berlaku setiap saat? Bagaimana dengan Amsal 26:4-5, misalnya, yang berbunyi demikian:
“Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya,
supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia.
Jawablah orang bebal menurut kebodohannya,
supaya jangan ia menganggap dirinya bijak.”
Kalau begitu, apakah yang harus kita lakukan ketika kita berhadapan dengan ‘orang bebal’? Apakah kita harus menjawabnya atau jangan? Poin yang disampaikan oleh perkataan ini adalah bagian yang tak terpisahkan dari menjadi orang yang bijak adalah kemampuan untuk mengenali (discern) kapan harus bertindak ini atau itu sesuai dengan situasi yang kita hadapi.
Perkataan-perkataan hikmat di kitab Amsal banyak diambil dari pengamatan kehidupan sehari-hari, baik itu dari alam maupun pengalaman hidup. Ada yang mengamati tingkah laku semut, dan meneladani bagaimana semut adalah makhluk yang tekun dan tidak malas, ‘biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya.’ (bdk. Ams 6:6-8) Ada yang melihat bagaimana ada orang ‘yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya’, tetapi ada orang ‘yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.’ (bdk. Ams 11:24) Kuncinya adalah pengamatan, penghayatan, dan pembelajaran. Bagi orang yang bijak, hidup tidak berlalu begitu saja, hidup bukanlah sekedar rutinitas belaka. Tetapi, ia memperhatikan setiap hal yang ada dan terjadi di sekelilingnya dan belajar dari sana. Orang yang bijak justru adalah orang yang sadar bahwa ia masih memiliki kekurangan dan perlu terus belajar untuk menjadi lebih baik. Kiranya kerinduan yang sama juga ada di setiap dari kita sepanjang perjalanan kita bersama kitab Amsal di bulan April-Mei ini. Tuhan memberkati. (SH)