BAGAIMANA KAMU HIDUP, BUKAN BAGAIMANA KAMU MATI
“Karena itu perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup,
janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” (Efesus 5:15)
Sebelum memimpin PA di salah satu gereja di Jakarta, seorang ibu cur-hat kepada saya. ”Pak Theo, kita baru terpukul kehilangan seorang ibu yang sangat mengasihi Tuhan, rajin pelayanan dan berdedikasi!” “Lha, memangnya ada apa bu?” kata saya penasaran.
Si ibu menjawab: “Kami semua merasa terpukul karena ibu yang kita kasihi meninggal dengan cara tragis. Ketika ibu ini menyeberang di jalan raya Gunung Sahari, hendak menuju ke gereja, tiba-tiba sepeda motor dengan kecepatan tinggi menabraknya dan ibu itu meninggal seketika. Yang lebih menyesakkan kami, ibu itu ditabrak bukan di tengah jalan tetapi ketika satu langkah lagi kakinya menginjak trotoar”. Dengan wajah sedih, ibu itu melanjutkan
cur-hat nya. “Kenapa yah pak bisa begitu? Kalo penjahat atau koruptor sihbiarin ditabrak tragis kayak gitu, tetapi ini seorang ibu yang amat mengasihi Tuhan?”
Saya terdiam beberapa saat, hati saya jadi larut dalam kesedihan bahkan sedikit kemarahan kepada Tuhan, “Kenapa banyak orang baik mati tragis tetapi para penjahat panjang umur dan matinya serba enak”.
Dalam diam sesaat itu, saya merenung dan menemukan kebenaran indah, kemudian saya berkata kepada si ibu itu, “Bu, memang tragis, kita tidak tahu mengapa demikian, ini salah satu misteri besar kehidupan. Tetapi, satu hal saya mau katakan bahwa dalam konsep kekristenan, kita dinilai di mata Tuhan bukan bagaimana kita mati tetapi bagaimana kita hidup. Yang menentukan kita masuk sorga bukan cara kita mati tetapi cara kita hidup -tentu saja hidup di dalam Kristus- Yang dinilai oleh Tuhan adalah cara kita hidup bukan cara kita mati. Tetapi ibu jangan berpikir kalo gitu boleh dong kita bunuh diri, sebab orang yang mengasihi Tuhan dan sudah lahir baru tidak mungkin dia bunuh diri. Cara mati Tuhan Yesus, apa ngak tragis? Salib itu khan cara mati paling hina. Martir Stefanus di Kisah Para Rasul 7:54 mati dirajam dengan batu, apa itu tidak tragis! Kemuliaan kita adalah cara hidup kita bukan cara mati kita”.
“Wah, terima kasih banyak pak, ini menguatkan saya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi, udah jamnya PA nih! Demikian ibu itu mengakhiri cur-hat nya
Para pembaca Renungan Minggu, yang ingin disampaikan adalah kita jangan terjebak dalam pola pikir bahwa cara seseorang meninggal itu menentukan kemuliaannya atau masuk sorga atau tidak. Pikirkan bagaimana cara hidup kita. Jauh lebih mulia kita percaya Yesus Kristus dan memuliakan Tuhan pada waktu kita hidup. Banyak misteri dalam kehidupan ini yang tidak terjawab, tetapi jangan dipusingkan dengan misteri, biarlah kita berkonsentrasi bagaimana membangun hidup yang lebih berarti. Saya percaya ibu yang meninggal tragis itu sudah di sisi Tuhan Yesus. Dedikasinya, pengorbanannya, cinta kasihnya dan imannya ketika ia hidup telah memberikan kemuliaan pada dirinya. (J.Th)