BARABAS
“Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?” (Matius 27:17b)
Berbagai peradaban di dunia ini menggunakan cara yang sederhana untuk merumuskan nama keluarga, yaitu dengan pola ‘anak/keturunan dari [nama ayah/ibunya]’. Di Swedia, misalnya, nama belakang ‘Johansson’ berarti ‘anak Johan’, ‘Eriksson’ berarti ‘anak Erik’, dan seterusnya. Di Irlandia, ‘O’Brien’ berarti ‘keturunan Brian’, ‘O’Neill’ berarti ‘keturunan Niall’, dan seterusnya. Di kebudayaan Timur Tengah kuno, kata yang digunakan adalah ben/bin untuk ‘anak lelaki dari’ dan binti untuk ‘anak perempuan dari’, sementara dalam bahasa Aramaik (bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Palestina kuno di jaman Yesus), kata yang digunakan adalah ‘bar’.
Yesus diadili pada masa perayaan Paskah, dan Injil mencatat bahwa saat itu telah menjadi kebiasaan untuk membebaskan satu orang terpidana mati pada hari raya sesuai dengan pilihan orang banyak. Pilatus pun mengajukan seorang terpidana lain selain Yesus kepada orang banyak, yaitu Yesus Barabas. Kata Barabas sendiri adalah bentuk Yunani dari kata ‘bar’ dan ‘abba’ dalam bahasa Aramaik, yang berarti ‘anak dari bapak[nya].’[1] Dengan kata lain, disini kita melihat bagaimana orang banyak saat itu harus memilih apakah mereka mau membebaskan Yesus, Anak Bapa, atau Yesus, anak bapaknya (Barabas).
Injil Markus mencatat, Yesus Barabas ditangkap karena ia terlibat dalam pemberontakan terhadap kerajaan Romawi (Markus 15:7). Di sisi lain, Yesus (Anak Bapa) ditangkap dengan tuduhan bahwa Ia mengaku bahwa Ia adalah Raja orang Yahudi. Dengan kata lain, Yesus Barabas memang adalah seorang pemberontak, sementara Yesus ditangkap karena Ia dituduh bahwa Ia adalah seorang pemberontak.
Karena amuk massa saat itu, massa memilih untuk membebaskan Yesus Barabas ketimbang Yesus. Yesus (Anak Bapa) secara literal menggantikan Yesus Barabas untuk dihukum mati di kayu salib. Yang tidak bersalah dihukum menggantikan yang bersalah. Yang tidak berdosa dihukum menggantikan yang berdosa. Anak Bapa menggantikan ‘anak bapaknya’, yaitu, kita semua, pemberontak-pemberontak yang sepatutnya dihukum di kayu salib. Inilah esensi dari kasih karunia Allah yang besar bagi kita semua, seperti yang dinyatakan oleh KJ 31 Mungkinkah Aku Pun Serta, “Akulah pangkal siksaNya, yang menyebabkan matiNya, agung benar, ya Tuhanku: Engkau tersiksa gantiku!” (SH)
[1] Contoh lain di Perjanjian Baru: Barnabas (Bar + Nabas/Nabi, Kis 4:36), Bartimeus (Bar + Timeus, Mrk 10:46-52), Bartolomeus (Bar + Ptolomeus, Mrk 3:18)