BIARKAN SALIB MENJADI SALIB
by GPBB ·
1 Korintus 1:18-19 menyatakan kebenaran bahwa pemberitaan tentang salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan, pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: “Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan `Kulenyapkan.” Mari kita bahas ayat-ayat ini. Salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa. Siapa yang dimaksud dengan mereka yang akan binasa?. Ayat 19 menjawab yaitu orang-orang yang berhikmat dan orang-orang yang bijak. Dalam bahasa aslinya `orang-orang berhikmat` adalah sophos yaitu orang orang yang berpendidikan. Sedangkan bahasa aslinya `orang-orang bijak` adalah sunetos yaitu orang yang cerdas. Kata `membinasakan` di awal ayat 19 berasal dari kata apollumi yang berarti bisa `membinasakan`, bisa juga `menuju kebinasaan`.
Sekarang coba bandingkan ayat 18-19 ini dengan terjemahan lain,
Ayat 18: (BIS) “Sebab bagi orang-orang yang menuju kebinasaan, berita tentang kematian Kristus pada salib merupakan omong kosong…” (NIV) “For the message of the cross is foolishness to those who are perishing…”
Ayat 19: (BIS) “Sebab dalam Alkitab, Allah berkata: “Kebijaksanaan orang arif akan Kukacaukan dan kearifan orang-orang arif akan kulenyapkan.” (NIV) “For it is written: “I will destroy the wisdom of the wise; the intelligence of the intelligent I will frustrate.”
Saya coba simpulkan bahwa pemberitaan tentang salib adalah kebodohan bagi mereka yang menuju kebinasaan yaitu mereka yang berpendidikan, yang cerdas dan yang memiliki intelegensia tetapi yang memakai semua itu untuk mengacaukan kebenaran salib. Namun, akhirnya bukan kecerdasan mereka yang menghancurkan salib, tetapi salib yang menghancurkan kecerdasan mereka.
Buku `Dinasti Yesus` yang ditulis oleh seorang yang cerdas dan berintelegensia dan yang telah menjadi buku kontroversial dan laku keras setelah buku The Da Vinci Code menyebutkan bahwa Dinasti Yesus ditulis berdasarkan analisis seksama atas dokumen-dokumen Kristen perdana dan penemuan-penemuan arkeologis. Bagi saya dokumen-dokumen Kristen perdana memang fakta dokumen asli, tetapi kebenaran atas dokumen-dokumen itu bukan kebenaran. Sebab dokumen-dokumen di awal kekristenan banyak dibuat untuk menyerang kekristenan yang bertujuan untuk menghambat gerak maju gerakan mesianis yang dipelopori oleh para murid Tuhan Yesus. Salah satu contoh adalah pemerintahan kolonialisme Romawi telah menyebarkan berita aspal (asli tapi palsu) bahwa Yesus tidak bangkit tetapi dicuri (lihat `Dusta Mahkamah Agama` di Matius 28:11-15) Saya percaya dusta itu didokumentasikan, direkayasa, ditulis, diseminarkan dan dibingkai dalam kerangka ilmiah dan disebar-luaskan. Sebab jika tidak ilmiah tidak mungkin orang akan percaya. Nah, dokumen-dokumen itulah yang sekarang banyak ditemukan, diteliti dan karena asli maka isinya juga dibilang benar dan ditambah dengan penjelasan bahwa dokumen ini sengaja disembunyikan agar tidak menghancurkan sendi-sendi dasar kekristenan. Pertanyaannya adalah apakah jika dokumen-dokumen asli maka benar pula isinya. Prof. Bart Ehrman dalam komentarnya atas buku itu menyebutkan bahwa buku Dinasti Yesus adalah rekontruksi imajinatif yang memang berakar pada sejarah. Nah, para pembaca, jika buku itu rekonstruktif imajinatif dari pengarangnya, kenapa harus dipercaya sebagai kebenaran. Baca saja buku itu seperti kita membaca buku-buku novel Sidney Sheldon. Bagi saya penderitaan salib Yesus dan kebangkitan Yesus adalah fakta sejarah bukan metafora, bukan pula fiksi ilmiah. Biarkan salib menjadi salib. Selamat memasuki Minggu Prapaskah 4 2022 (J.Th)
Images from pexels.com - pixabay