CHARLES TEMPLETON: “SELAMAT TINGGAL ALLAH!”
Siapa yang tidak mengenal nama besar Billy Graham? Beliau adalah pengkhotbah yang dipakai dengan luar biasa oleh Allah di Amerika Serikat dan sekitarnya. Tetapi mungkin sedikit sekali yang mengenal Charles Templeton, rekan pelayanan Billy Graham.
Charles Templeton (1915-2001) dan Billy Graham menjadi duet pengkhotbah keliling yang dipakai oleh Allah untuk membawa banyak jiwa kepada Tuhan Yesus. Templeton sendiri mengaku percaya pada tahun 1936. Sembilan tahun kemudian (1945), ia bergabung dengan pelayanan Billy Graham dan melakukan pelayanan keliling bersama yang seringkali dikenal sebagai Youth For Christ Rally. Banyak orang, pemuda-pemudi dibawa kembali kepada iman yang menyelamatkan di dalam Kristus.
Tetapi pada tahun 1957, Templeton mulai mengalami krisis iman. Ini berawal dari studi teologinya di Princeton Theological Seminary yang pada waktu itu telah banyak mengalami pengaruh negatif dari teologi liberal. Sebelumnya, tahun 1929, sejumlah profesor teologi yang setia kepada Alkitab telah memisahkan diri dari Princeton dan mendirikan Westminster Theological Seminary sampai saat ini. Tetapi Princeton mengalami kemerosotan nilai-nilai iman Kristen dan meletakkan rasio di atas segalanya, bahkan di atas firman Tuhan. Inilah yang mempengaruhi Templeton dengan kuat. Ia mulai mempertanyakan berbagai kebenaran di dalam Alkitab. Berbagai pertanyaan ini sebetulnya adalah hal yang wajar dari sebuah perjalanan iman yang rasional asal iman dan rasio itu kembali kepada Penciptanya, yaitu Allah. Tetapi Templeton kandas pada rasionalisme teologi liberal. Baginya, jika kebenaran itu tidak dapat dimasukkan ke dalam akal pikirannya, itu bukanlah kebenaran. Ketimbang menundukkan diri dan akal pikirannya di bawah terang firman Tuhan, ia membuang firman Tuhan jauh-jauh dari dalam hatinya. Templeton bukan hanya mulai meragukan firman Tuhan, tetapi menghakimi dan merendahkannya. Perbedaan keyakinan akan otoritas dan inspirasi Alkitab terjadi di antara Templeton dan Billy Graham. Templeton akhirnya bukan hanya meninggalkan Alkitab, tetapi ia juga meninggalkan seluruh pelayanan yang sebelumnya ia lakukan bersama dengan Billy Graham dan tim mereka. Tetapi Billy Graham tetap setia kepada kebenaran Alkitab dan dipakai Tuhan sampai usia lanjutnya.
Pada tahun 1999, Templeton menulis sebuah buku berjudul Farewell To God. Ia bukan hanya meninggalkan iman Kristen, tetapi meninggalkan Allah selamanya. Templeton menjadi seorang ateis sampai akhir hidupnya. Di usia tuanya, seorang wartawan ternama, Lee Strobel mendapat kesempatan untuk mewawancarai Templeton tentang imannya kepada Kristus. Strobel menuliskan ini di dalam bukunya The Case for Faith. Ketika ditanya apa pendapatnya tentang Yesus, Templeton terdiam dan menangis. Tetapi ia tidak pernah kembali kepada iman yang sejati. Di dalam pengakuan dan keberhasilan akademis yang seolah gemilang, Templeton gagal dalam iman dan selamanya terhilang. Bagaimana dengan Anda? Apakah studi akademis dan berbagai pencapaian keberhasilan dalam hidup yang telah Anda raih membawa Anda makin dekat kepada iman akan Allah? Apakah semua itu membuat Anda menjadi saluran berkat Allah yang efektif? Atau malah membuat Anda menjadi jauh dari Allah dan sesama? Mari kita memeriksa diri dalam Minggu adventus pertama ini. Tuhan memberkati (yj).