D U K A
by GPBB ·
D U K A
“Telah berpulang ke rumah Bapa di Surga…”
“Innalillahi…”
“Turut berduka cita…”
“Telah berpulang ke rumah Bapa di Surga…”
“Innalillahi…”
“Turut berduka cita…”
Kata-kata di atas tidak henti-hentinya memenuhi ruang media sosial kita selama beberapa minggu terakhir ini sampai-sampai mungkin kita sudah mati rasa sekarang ketika kita membaca berita duka. Pada titik ini, hampir semua orang Indonesia sudah kenal dengan setidaknya satu orang yang meninggal karena Covid dengan ribuan orang meninggal dunia oleh karena penyakit ini setiap harinya sejak bulan lalu. Beberapa dari kita, bahkan, telah kehilangan anggota keluarga kita dalam wabah ini…
“Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajahMu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?” (Mzm 13:1-2) Begitu, mungkin, pertanyaan-pertanyaan kita dalam mengarungi bulan-bulan yang sungguh gelap ini.
Karena itu, tidak heran kemenangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu di final badminton ganda putri di Olimpiade Tokyo membuka luapan emosi yang luar biasa dari rakyat Indonesia. Seperti momen secercah harapan di tengah keputusasaan. Katarsis di tengah kefrustrasian. Terang di tengah kegelapan. Sukacita, akhirnya, di tengah duka yang tak henti-hentinya.
Bagaimanapun juga, saat ini masihlah waktu yang sulit, dan kita tidak perlu memaksakan diri untuk menyangkali perasaan tersebut dan berpura-pura bahwa segala sesuatunya baik-baik saja. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari. Kalau memang sekarang adalah waktunya untuk menangis dan meratap, menangislah dan merataplah. Dan ketahuilah bahwa Tuhan ada di sana di tengah tangisan dan ratapan kita… oh kasihanilah kami ya Tuhan! (SH)