Dipanggil untuk Melayani (II)
b. Kekuatan
Pelayanan hanya bisa kita lakukan hanya karena kekuatan dari Tuhan. Namun, semakin lama kita melayani, kita cenderung semakin merasa mandiri, dan rasa mandiri berpotensi untuk merenggangkan relasi kita dengan Tuhan.
Allah tidak pernah ingin kita merasa bisa sendiri dalam pelayanan. Yesus berkata, “Di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:5) Karena itu, rasul Paulus mengaku, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Fil 4:13) Dialah yang memampukan kita, janganlah kita merasa bisa sendiri.
c. Keteladanan
Tuhan Yesus datang ke dunia bukan untuk dilayani, tetapi melayani. Kalau Tuhan yang Maha Mulia saja melayani, mengapa kita tidak melayani? Meneladani Tuhan Yesus, kita sekarang juga dipanggil untuk menjadi pelayan dan menjadi teladan bagi jemaat yang lain dan dunia di sekitar kita.
Kita tidak layak mengeluh karena pelayanan, karena Tuhan Yesus juga mendapat perlakuan yang bahkan lebih buruk. Gereja yang melayani adalah tempat dimana kita mencicipi surga (a taste of heaven), karena surga akan menjadi komunitas yang saling melayani, meneladani Sang Raja Surga yang telah melayani kita terlebih dahulu.
d. Kerinduan
Gereja adalah ‘bisnisnya’ Tuhan. Karena itu, hati dan kerinduan seorang pelayan Tuhan sepatutnya dikuasai oleh kehendakNya. Lakukan apa yang Tuhan mau, bukan yang kita mau. Banyak orang yang bekerja mati-matian, tetapi sebenarnya mereka tidak melakukan pekerjaan yang Tuhan mau. Karena itu, untuk mengenal isi hati Tuhan, kita harus berelasi dekat denganNya.
Jangan terlalu percaya diri bahwa apapun yang kita lakukan adalah hal yang Tuhan mau.
Sebagai contoh, banyak orang bekerja keras untuk memenuhi gereja, padalah perintah Tuhan adalah ‘jadikan semua bangsa muridKu’ dan bukan sekedar ‘penuhilah gerejaKu’. Karena itu, kerjakanlah apa yang menjadi kerinduan Tuhan. Apakah gereja kita sedang menjadikan semua bangsa muridNya? Akan puaskah Tuhan ketika Ia melihat pelayanan gereja kita? (bersambung) (ABP)