DITEBUS (BUKAN) DENGAN PERAK
by GPBB · Published · Updated
Keluaran 30:11-16
Setelah pada ayat 1 sampai 10, Musa menjelaskan tentang mezbah pembakaran ukupan dan kepentingannya dalam ibadah umat, kini dalam perikop berikutnya Musa menguraikan tentang persembahan khusus pada waktu pendaftaran orang Israel.
Persembahan khusus dalam versi terjemahan Inggrisnya memiliki makna yang lebih dekat ke bahasa aslinya, yaitu atonement money (uang penebusan). Uang persembahan ini dikhususkan bukan sekadar sebagai persembahan untuk keperluan operasional Kemah Suci dan Bait Allah, walau nantinya demikian (lih. Ay. 16; 2 Taw. 24:8-12; Mat. 17:24-27). Uang ini juga merujuk kepada simbol penyerahan diri Israel kepada Allah bahwa diri dan hidup mereka adalah sepenuhnya milik Allah. Hal ini juga dipertegas dengan frasa yang digunakan pada ayat 12, “uang pendamaian karena nyawanya.” Dalam terjemahan Inggris, ini disebut sebagai ransom. Selain itu, ransom diwajibkan pada waktu “penghitungan/pendaftaran jumlah orang Israel” (ay. 12). Dengan kata lain, Allah telah menebus Israel dari kematian dan memberi kehidupan kepada mereka sebagai umat pilihan Allah. Sebagai gantinya, hidup mereka sepenuhnya kini ialah milik Allah. Uang persembuhan khusus (atau uang penebusan) itu hanya simbol material untuk mewakili keseluruhan diri dan kehidupan Israel yang dipersembahkan kepada Allah.
Ayat 13 sampai 15 merincikan teknis pelaksanaan uang pendamaian tersebut. Allah telah menetapkan jumlah yang harus dibayarkan oleh tiap orang Israel dalam persembahan itu: setengah syikal (ay. 13). Beberapa kesimpulan dapat diambil dari bagian ini: pertama, jumlah uang penebusan ditentukan oleh Allah, bukan atas kemampuan diri sendiri. Ini menunjukkan bahwa tiap-tiap Israel (dan juga kita sebagai umat Allah) tidak dapat bermegah di hadapan Allah karena apa yang kita punya dan mampu, melainkan semata-mata mengikuti apa yang Allah telah tetapkan, yaitu kasih karunia Tuhan; kedua, setiap orang (baik miskin atau kaya) adalah sama di hadapan Allah. Itu sebab Tuhan mengatakan, “orang kaya jangan mempersembahkan lebih dan orang miskin jangan mempersembahkan kurang” (ay. 15a). Lantas apa relevansi semua penggalian ini dalam konteks kehidupan kita masa kini sebagai umat Allah?
Melalui perikop ini kita diingatkan bahwa kita sudah mati bagi diri sendiri, dosa dan dunia ini. Kita telah ditebus oleh Allah di dalam Kristus dengan harga yang mahal, bukan dengan emas dan perak (1 Petrus 1:18). Darah Kristus telah dicurahkan di atas kayu salib untuk pendamaian dosa-dosa kita (baca: ransom). Dengan demikian sudah selayaknya kita menghayati dan mengisi hidup ini sebagai perwujudan iman dan ungkapan syukur kita kepada Allah bahwa diri dan hidup kita sepenuhnya adalah milik-Nya. Inilah ibadah yang sejati. Inilah ibadah yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah (Roma 12:1-2). Izinkan saya meminjam pertanyaan yang sama yang diajukan oleh PKJ 264: “Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan, bila tiada rela sujud dan sungkur?” Biarlah kita menjawabnya dalam tindakan iman setiap hari. Tuhan memberkati (yj).
Image courtesy of zlataky.cz from unsplash