Esensial & Marjinal
by GPBB ·
Sudah lebih dari sebulan Singapura berada dalam masa Circuit Breaker untuk memutus rantai penularan COVID-19. Banyak di antara kita yang selama masa ini diam di rumah saja, namun juga ada di antara kita yang selama masa ini memang masih perlu ke luar rumah, yaitu jika kita termasuk pekerja dalam sektor yang esensial, misalnya sektor kesehatan, logistik, atau penyediaan kebutuhan pangan.
Data kasus COVID-19 di Singapura akhir-akhir ini sendiri menunjukkan bahwa, selain dari kasus-kasus di dorm buruh migran, kasus-kasus yang melibatkan warga Singapura sendiri sekarang adalah pekerja-pekerja esensial ini. Kasus-kasus baru di hari Kamis 7 Mei, misalnya, adalah seorang teknisi radiologi di RS Darurat EXPO, seorang staf di RS Tan Tock Seng, dua orang petugas karantina dan seorang yang mesti mengunjungi salah satu dorm buruh migran dalam pekerjaannya dan terpapar di sana. Dengan kata lain, pekerja-pekerja ini bukan hanya menjalankan fungsinya yang esensial untuk menjamin bahwa roda kehidupan masyarakat dapat terus berputar selama masa CB ini, namun juga menjadi orang-orang yang lebih rentan terpapar penyakit COVID-19 sekarang oleh karena masih perlu melakukan mobilitas setiap harinya.
Pandemi ini juga membukakan mata banyak warga Singapura mengenai kondisi di dorm-dorm buruh migran. Selama ini buruh migran tidak pernah diperhatikan dengan serius dan cenderung dianggap bukan bagian dari masyarakat. Buruh migran adalah ‘mereka’, bukan bagian dari ‘kita’. Karena itu, ‘mereka’ sebaiknya tinggal sejauh mungkin dari ‘kita’, tidak terlihat, tidak perlu dipikirkan. Akhirnya yang terjadi adalah kita tidak pernah peduli atau bahkan tahu mengenai kualitas tempat tinggal mereka, yang baru terekspos ke masyarakat luas dan bahkan dunia internasional saat ini oleh karena pandemi. Padahal buruh migran bukanlah ‘mereka’, namun bagian dari ‘kita’, bagian yang esensial dan tak terpisahkan dari masyarakat Singapura secara keseluruhan. Tanpa buruh migran, Singapura bukanlah Singapura.
Pandemi ini adalah sebuah wake-up call tentang bagaimana kita memperhatikan orang-orang yang marjinal dan kurang dihargai dalam masyarakat kita. Orang-orang yang selama ini terpinggirkan atau bahkan dipinggirkan secara literal sampai-sampai tidak terlihat di antara kita. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang [tidak] kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah [tidak] melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:40, 45) (SH)