Fluctuat Nec Mergitur
Dalam dua minggu terakhir ini, kita diguncang oleh berita dari belahan dunia lain yang temanya tidak begitu asing tetapi tetap mencekam, yaitu terorisme, di Paris, di Beirut. Dalam periode krisis tersebut kita melihat fenomena di media sosial yang bertubi-tubi memberitakan apa yang terjadi di belahan dunia lain. Terorisme tiba-tiba terasa begitu dekat dengan kita dan bisa terjadi di manapun juga.
Beberapa hari lalu, sebuah program televisi di Prancis, Le Petite Journal, mengunggah sebuah video viral mengenai wawancara antara seorang ayah dan anak laki-lakinya, Brandon, yang mengunjungi gedung konser Bataclan untuk mengenang para korban penembakan di Paris. Brandon mengatakan bahwa dia khawatir harus meninggalkan Paris yang tidak aman lagi karena banyak sekali orang jahat yang membawa senjata yang bisa sekali-kali menembaki orang yang tidak bersalah. Tetapi sang ayah mencoba untuk menghibur sang anak dengan mengatakan bahwa, “Tidak, kita tidak akan pindah rumah, Perancis adalah rumah kita. Mungkin mereka mempunyai pistol, tetapi kita mempunyai bunga. Karangan bunga yang orang-orang letakkan seakan melawan pistol.” Setelah mendengar jawaban ayahnya ini, sang anak mulai merasa aman. Percakapan ayah dan anak ini menunjukkan penghiburan yang tulus dan sejati, yang sangat kita butuhkan dalam perasaan takut.
Dalam periode krisis dan situasi apapun, dalam Tuhan saja kita memperoleh rasa aman. Di Mazmur 62, raja Daud mengungkapkan perasaan hatinya bahwa “hanya dekat Allah saja aku tenang.” (Mzm 62:2) Ia menulis Mazmur ini ketika sedang dikejar-kejar oleh Absalom yang berusaha merebut kekuasaannya. Dalam kegelisahan hatinya, raja Daud menemukan bahwa ketenangan dan keselamatan sumbernya adalah dari Tuhan. Mungkin sekarang ini kita tidak sedang mengalami ancaman terorisme. Namun, ketakutan dalam kehidupan sehari-hari, seperti di pekerjaan, atau kriminalitas yang bisa terjadi kapan saja membuat kita terkadang bergantung pada diri sendiri. Mari kita bawa ketakutan kita kepada Tuhan dan berserah penuh pada-Nya.
Hari Senin, 16 November malam, Menara Eiffel kembali dibuka. Menara kebanggaan rakyat Perancis ini bercahaya dengan bendera Perancis, biru, putih, dan merah. Ada yang menarik yang tertulis di menara itu, yaitu Fluctuat Nec Mergitur, atau ‘terombang-ambing namun tidak tenggelam’, motto kota Paris sejak tahun 1358. Ini mengingatkan kita seperti yang tertulis di 2 Korintus 4:8-9, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” Ya, benar, kita tidak ditinggalkan sendirian. Semoga Allah, sumber segala rahmat, membebaskan kita dari segala rasa takut itu. Amin. (SBW)