Harapan Baru
“Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Rm 5:5)
Dalam urusan percintaan, akhir-akhir ini muncul istilah populer yang baru, yaitu Pemberi Harapan Palsu (PHP). Fenomenanya sebenarnya sudah lama, yaitu ketika kita berusaha mendekati orang yang kita sukai, dan orang tersebut memberikan tanda-tanda bahwa ia pun juga menyukai kita, namun pada akhirnya baru ketahuan kalau sebenarnya ia tidak pernah berniat untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Orang seperti inilah yang disebut PHP. Tentu saja, yang di-PHP-in akan kecewa dan sakit hati oleh orang-orang seperti ini.
Hari Senin yang lalu, Joko Widodo, atau yang biasa disebut Jokowi, dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke-7 untuk periode tahun 2014-19. Pergantian kepemimpinan sebuah institusi biasanya diiringi dengan sebuah harapan yang baru, bahwa pemimpin yang baru ini akan menghadirkan era yang baru, era yang lebih baik bagi institusi tersebut. Harapan yang sama sekarang ada di pundak Jokowi. Beban yang sungguh berat, memang, dan mungkin tidak fair bagi Jokowi sendiri, jika kita menganggap ia akan datang sebagai mesias yang akan menyelamatkan Indonesia dari segala permasalahannya. Masalah di PHP terkadang bukan terletak di orang yang dianggap memberikan harapan palsu, namun bisa jadi di orang-orang yang telah menaruh harapan yang berlebihan pada orang tersebut.
Karena itu, mungkin ada baiknya jika kita mengingat bahwa pengharapan kepada manusia pasti akan mengecewakan. Terkesan klise, memang, namun hal ini berguna agar kita menaruh kadar yang wajar dan sewajarnya terhadap setiap objek harapan kita.
Terlebih lagi, agar kita mengingat kepada siapakah sepatutnya kita menaruh pengharapan kita yang terutama, yaitu kepada Allah yang telah menunjukkan kasihNya kepada kita di dalam Kristus yang telah mati bagi kita ketika kita masih berdosa (Rm 5:8). Sesungguhnya, Ia sajalah Pemberi Harapan yang Sejati. Terpujilah Allah! (SH)