Hungry Ghost Festival
Hungry Ghost Festival atau Festival Hantu Lapar adalah festival budaya/keagamaan orang Tionghoa yang dirayakan setiap bulan ketujuh dalam kalender Tionghoa. Di bulan ini, dipercaya bahwa roh orang-orang yang sudah meninggal dunia dilepaskan dari dunia orang mati untuk kembali dan bergentayang di bumi. Jika roh-roh ini tidak disambut dengan baik, dipercaya bahwa mereka akan balas dendam dan mencelakakan orang yang sepatutnya memberikan persembahan kepada mereka. Sebaliknya, jika roh-roh ini disambut dengan baik, maka mereka akan mendatangkan keberuntungan.
Karena itu, pada bulan ini kita banyak melihat altar persembahan-persembahan makanan maupun minuman yang ditaruh di pinggir jalan ataupun di lantai dasar HDB. Kita juga banyak melihat orang-orang yang membakar replika kertas barang-barang yang dibutuhkan oleh roh-roh ini, baik itu uang, pakaian, dan benda-benda lainnya. Selain itu, banyak diadakan pertunjukan-pertunjukan musik (getai) untuk menghibur roh-roh ini. Bangku paling depan dari pertunjukan-pertunjukan musik ini dibiarkan kosong, sebagai simbol bahwa bangku-bangku ini dikhususkan untuk roh-roh tersebut. Berbagai hal yang dilakukan dalam Hungry Ghost Festival ini merefleksikan aspek bakti terhadap orang tua/leluhur (filial piety) dalam sistem kepercayaan orang Tionghoa yang dipengaruhi oleh Budhisme, Taoisme dan Konfusianisme, dimana seseorang diharapkan untuk menjaga orang tua dan leluhurnya bahkan setelah mereka meninggal dunia.
Taat dan hormat terhadap orang tua juga adalah tema dari nats kebaktian kita minggu ini. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, rasul Paulus menulis, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu… supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” (Ef 6:1-3) Apa yang rasul Paulus tulis di sini merupakan bagian dari pedoman rumah tangga dalam Ef 5:22-6:9, dan menarik jika kita membandingkannya dengan pedoman rumah tangga dalam budaya Romawi saat itu. Saat itu, seorang ayah menempati posisi yang absolut dalam sebuah rumah tangga, dimana ia memiliki otoritas yang penuh atas istri, anak-anaknya dan hamba-hambanya. Aturan rumah tangga rasul Paulus secara implisit mengkritisi struktur ini. Bukan hanya istri yang memiliki tanggung jawab terhadap suami (5:22-24), namun suami juga terhadap istri (5:25-5:33). Bukan hanya anak yang memiliki kewajiban terhadap orang tua (6:1-3), namun orang tua juga terhadap anak (6:4). Bukan hanya hamba yang memiliki kewajiban terhadap tuan (6:5-8), namun tuan juga terhadap hambanya (6:9). Relasinya tidak lagi satu arah, namun bersifat mutual.
Serupa dengan bagaimana rasul Paulus meng-engage budaya saat itu dan kemudian memaknai ulang di bawah terang Kristus, Hungry Ghost Festival sebenarnya juga memberikan kesempatan kepada kita untuk meng-engage budaya di sekitar kita, dimana festival ini dapat menjadi jembatan di dalam kita berdialog mengenai apa artinya untuk berbakti kepada orang tua, yang dapat menjadi pijakan pula untuk mengkomunikasikan Injil Kristus yang menerangi hormat bakti kita kepada orang tua kita. Selamat berbagi! (SH)