IMAN DAN TANGGUNG JAWAB DI BUMI DAN DI SORGA
Pada peristiwa murid-murid Yesus tertidur ketika Yesus sedang bergumul berat di taman Getsemani, Yesus memberikan pengajaran tentang berjaga-jaga. “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan…” (Matius 26:40-41) Kata kunci adalah berjaga-jaga. Kata ini biasa digunakan dalam dunia militer. Seorang prajurit yang berjaga-jaga akan berusaha keras, cerdas dan kreatif untuk tidak tertidur agar terus dalam keadaan siaga dan waspada. Seorang prajurit yang berjaga-jaga akan sulit diserang dan dijatuhkan sebab dia kreatif dan pintar berjaga-jaga.
- Iman adalah berjaga-jaga.
Orang yang beriman sebenarnya adalah orang yang pada dasarnya sulit untuk diserang dan dijatuhkan oleh apapun juga sebab ia kreatif dan pintar berjaga-jaga. Iman yang kuat adalah iman yang berjaga-jaga bukan iman yang memindahkan gunung. Bagaimana ia punya iman yang bisa memindahkan gunung jika ia tidak memiliki iman yang berjaga-jaga. Iman yang mengalahkan dunia adalah iman yang sulit dijatuhkan oleh dunia.
- Iman adalah berurusan dengan dunia saat ini bukan dengan sorga nanti.
Banyak orang memiliki konsep yang keliru bahwa iman hanya soal nanti bukan soal kini. Menghadapi Covid-19 banyak orang Kristen yang nekad dan tidak bertanggung jawab dalam interaksi sosial. Mereka berkata “Jangan takut dengan Covid-19, jika toh kita mati kita pasti disembuhkan di sorga.” Sesungguhnya iman tidak boleh membuat orang semakin bodoh dan tidak bertanggung jawab dalam interaksi sosial. Iman bertanggung jawab untuk kehidupan di sini, di bumi, saat ini tidak hanya untuk kehidupan di sana, di sorga dan nanti. Tentu saja Covid-19 ujian iman, tetapi ujian yang membuat apakah kita semakin bodoh dalam beriman atau semakin pintar dan bijak. Tuhan ajarkan berjaga-jaga supaya kita punya daya kritis, daya observasi, daya analisa dan daya kreatif untuk pencegahan.
- Iman tidak menghilangkan penderitaan tetapi memampukan kita mencegah penderitaan dan bila harus menderita, iman menguatkan kita untuk berani memikul penderitaan.
Iman menciptakan integritas dan kualitas hidup kita. Iman memampukan kita untuk menentukan sikap terhadap suatu kejadian dan perkembangan yang terjadi di sekitar kita atau yang terjadi menimpa kita. Iman tidak menghilangkan hujan, tetapi membuat kita mempersiapkan payung atau mampu mencegah hujan menjadi banjir.
- Iman membuat kita bertanggung jawab dan tidak mencelakakan orang lain.
Kita diminta untuk mengembangkan kepekaan, kecerdasan, kecermatan, kecakapan serta keterampilan dalam menilai dan menyikapi semua realitas sosial, ekonomi, politik, lingkungan hidup dan kemanusiaan yang ada sehingga cara berpikir, bercita rasa, bertutur dan bertindak kita tidak keluar dari pesan iman kita yang selalu mempersatukan, mendamaikan, menghibur, memberi harapan, memperjuangkan kebenaran dan keadilan, serta menghadirkan kebaikan dan kasih. (http://www.sesawi.net/berjaga-jaga-sikap-iman/)
Menghadapi Covid-19 apakah kita berjaga-jaga agar diri kita tidak menjadi media penyebaran virus itu. Dengan setiap kita menjaga diri, menjaga kesehatan dan bertanggung jawab atas aktifitas sosial kita maka kita sudah mempersempit ruang gerak Covid-19 ini. Semoga iman kita semakin membuat kita kreatif dan pintar berjaga-jaga untuk sekarang di bumi, bukan nanti di sorga. Berimanlah dengan cerdas. (J.Th)