Intentionality of Ministry (1 Tawarikh 25:1-8)
by GPBB ·
Intentionality of Ministry (1 Tawarikh 25:1-8)
Daud bukan saja dikenal sebagai panglima dan pahlawan perang. Setelah menjadi raja, di nats ini, Daud mengorganisir pelayanan ibadah. Waktu itu memang belum ada Bait Suci, tetapi tabut perjanjian dan kemah suci menjadi lambang kehadiran Allah di bumi. Dalam konteks inilah diatur petugas pelayan ibadah. Jadi ada upaya mengaturkan pelayanan ibadah dan musik supaya berjalan dengan baik dan lancar. Raja juga disebutkan memberikan sejumlah petunjuk untuk pelayanan ini baik untuk nubuatan (ay. 2b) maupun nyanyian dan musik (ay. 6). Ini adalah intensionalitas, sebuah upaya yang disengaja yang dilakukan oleh Daud sebagai raja mengorganisir pelayanan
Dari nats ini kita tahu bahwa para pelayan adalah dari suku Lewi dan mereka adalah keluarga Asaf, Yedutun dan Heman. Dan mereka adalah “ahli seni” (ay. 7). Keterampilan yang disebutkan sebagai tingkatan “ahli” ini tentu diperoleh karena banyaknya pembelajaran dan latihan. Ini adalah intentionalitas yang kedua. Melatih diri untuk terampil sampai menjadi ahli. Bukan saja mereka melayani di bidang ibadah dan musik tetapi sebagian dari mereka juga bernubuat, yaitu dimensi pengajaran dan pemberitaan firman (ay 2), sedikitnya melalui nyanyian yang mereka sampaikan. Bahkan ada yang menjadi pelihat raja (ay. 5), yaitu menjadi penasihat raja berdasarkan penyataan firman Tuhan. Singkat kata pelayan ibadah dekat dengan kerohanian dan firman. Dengan demikian para pelayan ibadah dituntut mempunyai kerohanian dan pemahaman firman yang baik.
Pelayanan ini tidak bersifat sesaat tetapi mereka tahu bahwa pelayanan ibadah dan musik akan ada terus menerus ada. Itu sebabnya terjadi intentionalitas ketiga yaitu menghasilkan generasi pelayan berikutnya. Ayah memimpin keluarganya menyanyi (ay. 6a). Dalam ay. 8 ada di antara mereka yang berperan menjadi guru. Jadi ada pembinaan dan pelatihan untuk menghasilkan para pelayan untuk masa mendatang: sebuah kaderisasi.
Hal yang dapat dipelajari dalam nats ini adalah dalam melayani diperlukan upaya kesengajaan (intentionalitas). Dari nats ini ada 3 dimensi intentionalitas yaitu pengorganisasian pelayanan, pelatihan keterampilan pelayanan dan kaderisasi generasi berikut. Semoga uraian tentang intentionalitas ini mendorong setiap kita yang terlibat di dalam pelayanan bukan saja kita melakukan kegiatan pelayanannya, tetapi mendatangkan juga pertumbuhan buat setiap orang yang melayani dan menghasilkan para pelayan generasi berikutnya. (DjH)