KEADILAN SEHARI-HARI
Gerai pakaian kasual asal Jepang, Uniqlo, baru-baru ini mendapat sorotan di media oleh karena sebuah laporan dari LSM SACOM dari Hong Kong. SACOM melaporkan kondisi yang buruk dan tidak layak di pabrik-pabrik yang menyuplai pakaian ke Uniqlo. Di pabrik-pabrik ini, karyawan-karyawannya bekerja dengan jam kerja yang panjang setiap harinya, standar keselamatan yang rendah, dan upah yang tidak layak. Sebagai respon, Uniqlo telah meminta pabrik-pabrik ini untuk memperbaiki kondisi kerja dan upah bagi para karyawannya.
Hal ini mengingatkan kita kepada tragedi yang terjadi di bangunan Rana Plaza di Savar, Bangladesh, yang runtuh pada bulan April 2013 dan mengakibatkan lebih dari 1100 korban jiwa dan 2500 korban luka, yang mayoritasnya adalah pekerja di pabrik-pabrik garmen di bangunan tersebut. Tragedi ini mengekspos kondisi bangunan yang tidak layak dan kondisi kerja yang mengenaskan di pabrik-pabrik garmen di bangunan ini. Merek-merek yang disuplai oleh pabrik-pabrik ini, seperti Benetton, Mango, dan Walmart, pun mendapat sorotan yang tajam, dan diminta untuk lebih memperhatikan kondisi kerja di pabrik-pabrik pemasok barang mereka.
Sebagai konsumen, seringkali kita menginginkan harga yang semurah-murahnya untuk barang yang ingin kita beli. Namun, di belahan dunia yang lain, tekanan ini mungkin mengakibatkan adanya orang-orang yang mesti menanggungnya dengan bekerja dengan kondisi dan upah yang tidak layak demi memenuhi syarat harga yang semurah-murahnya. Kondisi yang tidak adil seperti ini secara konsisten dikecam dengan tajam di dalam Alkitab. Kitab Imamat mencatat, “Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kau tahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya.” (Im 19:13) Serupa dengan itu, kitab Yakobus mencatat, bahwa teriak buruh yang dirampas haknya telah sampai ke telinga Tuhan yang akan menjawab keluhan mereka (Yak 5:4). Upah yang layak adalah hak setiap pekerja dan janganlah kita merampas hak tersebut. Karena itu, sebagai konsumen, marilah kita belajar untuk lebih bertanggung jawab dalam apa yang kita beli. Secara praktis, kita bisa mulai dengan mengecek latar belakang merek-merek yang paling sering kita beli. Siapa tahu, ternyata ada di antara perusahaan-perusahaan ini mengerjakan usahanya tanpa menghiraukan keadilan bagi para pekerjanya. Sebagai pengusaha, marilah kita mengusahakan keadilan bagi para pekerja kita, karena itulah yang berkenan bagi Tuhan yang Maha Adil. (SH)