KEMBALI KE CITRA
by GPBB ·
Sungguh indah melihat saudara-saudara kita kaum muslimin dan muslimah saling memohon maaf dan memberi maaf. Idul Fitri berasal dari kata Id yang berakar pada kata aada-yauudu yang artinya kembali. Sedangkan fitri diartikan sebagai suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, serta keburukan. Idul Fitri berarti kembali ke fitrah, citra mula-mula manusia yaitu kesucian dan kebersihan hati. Salah satu citra manusia mula-mula adalah hidup bersaudara, saling berdamai, tidak ada curiga-mencurigai, semua orang adalah teman, semua orang bisa salah, diri kita sendiripun kerap salah, oleh karena itu saling memohon maaf dan saling memberi maaf adalah wajib. Manusia pada intinya adalah makhluk yang tidak sempurna, bisa khilaf dan salah. Adakah manusia yang sempurna, tidak pernah salah atau tidak bisa salah. Egoisme kita seringkali menyeret kita menjadi manusia sombong, tidak mau rendah hati. Kesombongan membentuk kita bersikap keras pada prinsip yang sebenarnya bukan prinsip atau yang sesungguhnya tidak boleh dijadikan prinsip. Kita `bangga` dengan prinsip, yang walaupun nyata-nyata prinsip itu telah membawa kita pada keadaan yang kerapkali membuat hubungan dengan sesama menjadi tidak baik. Egoisme kita seringkali membuat kita merasa tidak salah, “Bukan aku yang salah tetapi kamu yang salah, mereka yang salah atau keadaan yang salah.”
Tengoklah suasana Lebaran, semua orang meminta maaf, semua orang mengaku salah, tidak ada lagi saling menuding, saling mengungkit kesalahan masa lalu. Tidak ada lagi sikap, “kamu yang salah, mereka yang salah atau keadaan yang salah dan karena itulah kamu atau merekalah yang harus minta maaf kepadaku.” Semua bersikap, “Akulah yang salah, aku minta maaf”, lalu dibarengi dengan mencium tangan atau sungkem kepada mereka yang lebih tua atau bersalaman dan saling berpelukan kepada mereka yang sebaya.
Bagaimana dengan kita? Tuhan Yesuspun mengajarkan kepada kita agar kita berani mengaku salah dan meminta maaf (Hosea 5:15; Matius 6:12; Yakobus 3:2) “Akulah yang salah” adalah sikap atau prilaku yang sudah jarang ditemukan di manusia masa kini. Ego manusia telah membentuk manusia egoisme. Tuhan Yesus juga mengajarkan satu hal yang mulia, “Kamu adalah ciptaan baru, barangsiapa ada didalam Kristus, ia adalah ciptaan baru.” (2 Korintus 5:17) Kita bisa membahasakan dengan “Barangsiapa ada didalam Kristus, ia telah kembali ke fitrahnya atau ke citranya.” Mengapa hal kecil bisa membuat `perang dunia`; mengapa perkara sepele membuat rumah tangga bercerai, gereja ribut dan skisma? Jawabannya adalah karena egoisme manusia. “Gengsi dong minta maaf, wong dia yang salah.” Meminta maaf dan berkata akulah yang salah (walau sejatinya bukan kita yang salah) akan mencairkan dan memperbaiki hubungan yang rusak. Mengapa kita harus mempertahankan `gengsi` dan egois kita? Mengapa kita tidak berani meminta maaf demi sesuatu yang lebih mulia, yang lebih agung, yang lebih bermartabat? Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan (Roma 12:17) sebab akhirnya hanyalah kehancuran dan saling menyakiti lebih dalam. Saling memaafkan sewajarnya menjadi sikap harian kita bukan sikap tahunan kita. Selamat kembali ke citra. (J.Th)
Photo by Cytonn Photography on Unsplash