Kristus Raja Kita
“Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya.” (2 Kor 2:14)
Dalam sebuah kampanye Partai Gerindra menjelang Pemilu tanggal 9 April ini, Ketua DPP Gerindra Prabowo Subianto memasuki Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan menunggangi seekor kuda. Hal ini mungkin ingin memproyeksikan citra seorang pemimpin yang kuat dan gagah perkasa untuk memimpin Indonesia. Prosesi masuk yang megah seperti ini berasal dari tradisi triumphus bangsa Romawi, yaitu prosesi masuk kaisar atau jenderal Romawi untuk merayakan kemenangan sang kaisar/jenderal tersebut dalam sebuah peperangan. Dalam parade ini, sang jenderal akan masuk ke dalam kota menaiki kereta kuda dan disambut oleh seluruh rakyat. Ia kemudian akan diikuti oleh tawanan-tawanan yang berhasil ditangkap dan segala harta benda yang berhasil dirampas dari pihak musuh selama peperangan, untuk mempertontonkan kemenangan jenderal ini.
Karena itu, tidak heran jika prosesi masuk Yesus ke Yerusalem juga disambut dengan gegap gempita oleh rakyat banyak. Selama ini mereka mengidam-idamkan datangnya seorang Raja seperti Daud yang akan menyelamatkan mereka dari penjajahan bangsa asing. Prosesi masuk Yesus dengan seekor keledai menjadi sebuah simbol bahwa Yesus inilah yang akan memenangkan peperangan bagi bangsa Israel. Eh, tunggu dulu. Seekor keledai? Bukan seekor kuda seperti prosesi masuk jenderal Romawi? Ya, di balik prosesi masuk yang terkesan familiar ini, Yesus menggunakan sebuah simbol yang asing. Ia datang bukan dengan kereta kuda, namun dengan seekor keledai. Ia datang bukan untuk mempertontonkan kegagahanNya, namun sebagai Raja yang lemah lembut: “Bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” (Zak 9:9).
Yesus naik takhta sebagai Raja bukan di istana yang mewah, namun di atas kayu salib yang terkutuk. Ia memerintah bukan dengan tangan besi, namun dengan tangan terbuka bagi semua orang. Ia menjalankan kuasaNya tidak dengan kekerasan, namun dengan melayani dan memberikan DiriNya bagi banyak orang. Dan, Raja ini pulalah yang sekarang memanggil kita untuk memikul salib dan mengikut Dia dalam menyusuri jalan sengsaraNya, yang juga adalah jalan kemenanganNya! (SH)