Manusia
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita.” (Yoh 1:14a)
Inkarnasi adalah salah satu misteri terbesar dalam iman kekristenan. Bagaimanakah Allah dapat menjadi manusia? Tidak semua orang dapat menerima hal ini. Bukankah Allah terlalu agung dan karena itu terlalu rendah dan hina bagiNya untuk menjadi manusia? Sebagian dari umat Kristen mula-mula bahkan tidak bisa menerima kenyataan bahwa Yesus adalah sepenuhnya manusia.
Dalam Injil Kanak-Kanak Tomas yang ditulis di akhir abad ke-2 Masehi dan mengisahkan Yesus sewaktu masa kecilnya, misalnya, diceritakan bagaimana Yesus membentuk burung dari tanah liat dan kemudian menjadikannya hidup. Di kisah lain, Yesus membangkitkan temannya yang mati setelah jatuh dari atap, atau menyembuhkan saudaranya yang digigit ular.
Poin dari kitab ini adalah (masih banyak kisah-kisah serupa seperti ini) Yesus telah menunjukkan kualitas supranaturalnya sejak dari usia kecil. Ia bukanlah anak kecil biasa seperti pada umumnya. Tujuan dari ditulisnya kitab ini adalah untuk mengisi kekosongan catatan mengenai masa kecil Yesus, karena kita memang tidak memiliki banyak kisah mengenai masa kecil Yesus di Alkitab (hanya satu kisah saja yaitu di Luk 2:42-52 ketika Yesus berusia 12 tahun). Namun sebagian besar umat Kristen mula-mula saat itu menolak kitab ini dan menganggapnya sebagai bidah, oleh karena kitab ini dianggap berlebihan mengenai natur Yesus. Kita tidak perlu merasa kuatir jika Yesus ketika masa kecilNya sama seperti anak-anak lain. Ketika Ia lahir Ia tidak ujug-ujug langsung bisa berjalan. Ketika Ia masih bayi Ia bergantung total kepada kedua orangtuanya. Ketika Ia masih anak-anak Ia juga bertumbuh dengan segala keterbatasannya sebagai anak-anak, perlu belajar membaca, menjadi mandiri, dsb.
Seorang bapa gereja di abad ke-4 Masehi, Gregorius Nazianzus, menulis mengenai natur Yesus demikian, “What has not been assumed has not been healed.” Maksudnya adalah, jika Yesus bukan sepenuhnya manusia, maka manusia tidak sepenuhnya ditebus dan dipulihkan. Yesus dapat menebus umat manusia dengan paripurna justru karena Ia adalah manusia yang paripurna pula. Dwinatur Yesus ini (sepenuhnya manusia dan sepenuhnya Allah) tidak bisa didiskon salah satunya. Kita tidak boleh meninggikan yang satu dan mengesampingkan yang lain. Inilah, memang, misteri yang agung dalam iman kita: Allah menyatakan DiriNya menjadi manusia (1 Tim 3:16) (SH).