Lomba
by GPBB · Published · Updated
“Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.” (Ibr 5:11-14) (SH)
Pekan ini balapan formula satu (F1) akan kembali diadakan di Singapura setelah dua tahun absen karena pandemi. F1 merupakan kelas tertinggi balap mobil kursi tunggal roda terbuka, dimana pembalap-pembalap yang berkompetisi di level ini pada umumnya perlu melewati kompetisi pada kelas-kelas yang lebih rendah sebelum mencapai tahap balapan yang paling tinggi ini. Dengan kata lain, pembalap-pembalap ini merupakan kelompok yang elit, dimana kemudian mereka berkompetisi lagi untuk menentukan siapa yang terbaik di antara mereka.
Dalam bagian surat kepada jemaat Ibrani yang kita baca pada hari ini, sang penulis memiliki kekhawatiran bahwa jemaat yang seharusnya sudah menjadi pengajar jika ditinjau dari sudut waktu, malah masih perlu diajar hal-hal yang mendasar. Atau, dalam bahasa penulis, “masih memerlukan susu, bukan makanan keras”, merujuk kepada jenis makanan dalam proses pertumbuhan seorang bayi. Pada bagian lain, penulis mengibaratkan perjalanan iman kita sebagai sebuah lomba, dimana kita diajak untuk “berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.” (Ibr 12:1) Kedua analogi ini, pertumbuhan dari anak kecil menjadi orang dewasa dan perlombaan, mengisyaratkan pentingnya progress dalam pertumbuhan iman kita. Yang membedakan dengan balap F1 adalah kita tidak sedang berkompetisi dengan saudara-saudari seiman kita dimana hanya ada satu kelompok yang elit atau satu orang saja yang menjadi juaranya. Kita tidak sedang gonthok-gonthokan untuk mencari siapa yang ‘paling hebat’ di antara kita. Sebaliknya, ‘perlombaan’ yang kita jalani adalah perlombaan yang kolaboratif, dimana kita berusaha bertumbuh bersama-sama di dalam iman, dan bahwa justru hanya dengan bertumbuh bersama-samalah kita dapat mencapai garis finis perlombaan kita. (SH)
Image courtesy of Alex Urekov - Pexel