Mazmur
Marshall McLuhan (1911-80), seorang filsuf asal Kanada, pernah menulis bahwa ‘the medium is the message’ (cara penyampaian [suatu pesan] adalah pesannya itu sendiri). Maksud McLuhan adalah pesan yang disampaikan tidak dapat dipisahkan dari bagaimana pesan tersebut disampaikan. Sarana penyampaian sebuah pesan memengaruhi bagaimana kita mengolah informasi mengenai pesan yang sama. Buku dan film, misalnya, akan memberikan kesan yang berbeda meskipun film tersebut diadaptasi dari buku yang sama, secara sederhana karena masing-masing sarana tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing yang tidak dimiliki oleh sarana yang lain. Buku mengandung tulisan, karena itu pembacanya mesti berimajinasi sendiri mengenai isi buku tersebut, sementara film telah memvisualisasikannya kepada kita. Contoh lain, berbagai jejaring media sosial juga memiliki karakteristiknya masing-masing walau sama-sama media sosial. Walau sama-sama memiliki fitur komentar, kita akan lebih jarang menemukan diskusi yang serius dan panjang di Instagram jika dibandingkan dengan di Facebook, karena platform Instagram secara inheren memang tidak didesain sebagai sarana diskusi melainkan untuk mengunggah foto.
Pandangan McLuhan ini dapat ditarik lebih jauh lagi, yaitu bagaimana kita berelasi dengan suatu obyek tidak dapat dilepaskan dari obyek itu sendiri. Untuk melihat bintang kita menggunakan teleskop. Untuk melihat sel tubuh kita menggunakan mikroskop. Tidak bisa dibalik. Harus ada kesesuaian antara apa yang ingin kita telaah dengan bagaimana kita menelaahnya. Bagaimana jika ‘obyek’ tersebut adalah Allah sendiri? Yang bahkan bukan ‘obyek’, namun Sang Subyek itu sendiri? Respon yang sesuai, yang tepat, yang pantas adalah untuk memuji dan menyembahNya. Allah bukanlah mikroorganisme yang dapat kita teliti di cawan petri sesuka hati kita, dimana kalau kita sedang bosan bisa kita tinggalkan terlebih dahulu, lalu kalau sudah tertarik lagi baru kita coba pelajari lagi. Allah bukan juga sekedar tokoh di masa lampau yang mungkin menarik untuk diketahui, namun selain dari itu tidak memiliki dampak apapun terhadap hidup kita. Allah adalah Khalik langit dan bumi itu sendiri, yang empunya alam semesta dan keseluruhan hidup kita.
Itulah mengapa kita memiliki banyak sekali lagu-lagu pujian di dalam Alkitab, baik itu yang terserak di berbagai kitab maupun yang terkumpul dalam kitab Mazmur. Kitab Mazmur adalah buku pujian umat Allah, mulai dari bangsa Israel sampai gereja di masa kini. Kitab ini merefleksikan bagaimanakah kita sepatutnya berelasi dengan Allah. Ketika kita menyadari siapa diri kita dan siapa Allah, maka kita pun akan tersungkur di hadapanNya. “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” (Mzm 150:6) (SH)