MEMBAYAR HARGA KETAATAN (Kisah Para Rasul 21:1-14)
by GPBB ·
MEMBAYAR HARGA KETAATAN (Kisah Para Rasul 21:1-14)
Jika ditanya tentang ketaatan, sudah tentu orang Kristen pada umumnya memiliki kerinduan untuk taat kepada Tuhan. Bagaimana tidak? Ia Allah yang menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Ia memberikan hidup yang baru kepada kita. Ia menopang dan menyertai setiap saat. Sudah tentu kita rindu taat kepada-Nya. Umumnya, ini adalah respon setiap anak Tuhan. Tetapi yang jadi masalah ialah tidak banyak yang bersedia untuk membayar harga dari ketaatan itu. Namun tidak demikian dengan Paulus.
Paulus jelas dan tegas dengan apa yang menjadi panggilan Tuhan dalam hidupnya. Sejak perjumpaan yang mengubahkan di jalan menunju Damsyik itu, hidup Paulus tidak pernah sama lagi. Sejak awal pertobatan Paulus, Allah sendiri telah berkata kepada Ananias tentang Paulus: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” (Kis 9:15-16). Dan penderitaan demi penderitaan mengikuti perjalanan misi Paulus dari satu kota ke kota lainnya.
Setelah Paulus berpisah dengan para penatua di Efesus, Paulus singgah di Tirus dan di Kaisarea. Perikop yang kita baca mengisahkan bagaimana murid-murid di sana berusaha menahan Paulus agar tidak melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem. Melalui bisikan Roh Kudus, mereka dibukakan betapa banyaknya penderitaan yang akan Paulus alami jika ia meneruskan perjalanannya ke Yerusalem. Nabi Agabus bahkan datang dari Yudea untuk menunjukkan kepada Paulus bagaimana ia akan diikat dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain. Tetapi Paulus telah bulat hati bukan hanya untuk taat kepada Allah, tetapi untuk membayar harga dari ketaatan itu, bahkan dengan nyawanya sendiri. Ia berkata, “Mengapa kamu menangis dan dengan jalan demikian mau menghancurkan hatiku? Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus.” (Kis 21:13).
Semangat Paulus lahir bukan dari sikap hati yang membabi buta, tetapi dari hati yang ia persembahkan kepada Allah. Paulus menyadari bahwa jalan terbaik dalam hidupnya hanya satu, yaitu jalan ketaatan. Ini juga yang ditempuh oleh Junjungan dan Juruselamat kita, Tuhan Yesus. Dalam kesetiaan dan ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa, Ia bahkan rela taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Fil 2:8-11). Ketaatan yang demikian berharga mahal, tetapi berbuah manis. Keselamatan bagi orang-orang percaya tersedia; kasih dari Allah tercurah bagi orang berdosa. Dalam konteks Paulus, Injil akhirnya terbawa sampai kepada para penguasa dan raja, bahkan ke ujung bumi (pada waktu itu adalah Roma). Biarlah Allah juga mendapati kita bukan hanya rindu untuk taat, tetapi berani membayar harga dari ketaatan itu. Tuhan memberkati (yj).