MENANTI TUHAN DI TENGAH KETIDAKPASTIAN
by GPBB ·
MENANTI TUHAN DI TENGAH KETIDAKPASTIAN
“Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!
Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” (Mzm.34:9)
Kita umumnya terkagum-kagum ketika mendengar nama Daud, seorang yang dipilih Allah, seorang yang berkenan di hati Allah (a man after God’s own heart [1Sam.13:14]). Betapa berbahagianya Daud. Sama seperti manusia pada umumnya, tentu saja Daud tidak sempurna. Ada banyak kejatuhan yang ia lakukan khususnya pada akhir hidupnya. Tetapi nama besar Daud tetap melekat di dalam hati tiap orang Israel, bahkan Kristus, Sang Mesias disebut sebagai Anak Daud. Nama yang harum, nama yang dipilih oleh Allah.
Kita sering mendengarkan kisah keberhasilan Daud yang gemilang dalam duel maut dengan Goliat (1Sam.17) dan kemenangan demi kemenangan Daud melawan tentara Filistin (1Sam.18:6-7), tetapi orang pada umumnya jarang memperhatikan betapa pahit dan getirnya masa-masa hidup Daud dalam pelarian hidupnya ketika ia dikejar-kejar Saul, ayah mertuanya sendiri untuk membunuhnya.
Tentu mudah bagi pembaca untuk memaklumi jika yang dikejar-kejar untuk ditangkap itu ialah seorang buronan atau seorang penjahat perang yang amat berbahaya. Tetapi Daud adalah seorang pahlawan perang, ia seorang yang dihormati oleh para pasukan dan orang-orang sekelilingnya. Semua orang mengagumi kepribadian dan karakternya, bahkan Allah berkenan kepadanya dan telah memerintahkan Samuel untuk mengurapi Daud menjadi raja yang akan datang. Tetapi Saul, yang buta dan haus akan ambisi pribadi dan kekuasaan iri dan benci kepada Daud. Ini membuat Daud terpaksa harus lari untuk sejangka waktu. Lari dari satu tempat ke tempat yang lain dalam kehausan, kelaparan dan bayang-bayang hukuman mati. Lari dalam ketidakpastian hidup.
Tetapi Daud bukan orang yang tenggelam dalam situasi. Ia selalu mengarahkan pandangannya kepada Allah di tengah berbagai ketidakpastian pelarian ini. Relasinya yang dekat dengan Tuhan tertuang dalam berbagai Mazmur yang ditulisnya, sebagian ditulis ditengah berbagai ketidakpastian ini (mis. Mazmur 34, 56, 57, 142, 54 dsb). Relasi yang dekat Tuhan tidak lantas menghilangkan ketidakpastian dalam hidupnya, tetapi relasi itu membuat Ia melihat dan mengalami campur tangan Allah di dalam iman. Daud mampu melewati, bahkan menghadapi berbagai ketidakpastian hidupnya dengan positif bersama Allah.
Kiranya di tengah berbagai ketidakpastian situasi global di tengah pandemik ini, pandangan iman kita makin kuat tertuju kepada Allah. Bersama Daud, kita dapat menyanyikan iman kita: “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” (Mzm.34:9) (yj).