PELAJARAN PERTAMA DARI BURUNG RAJAWALI
Rajawali adalah mahluk ciptaan Tuhan yang sangat indah. Alkitab menulis mengenai rajawali sebanyak 38 kali, jauh lebih banyak dibandingkan merpati atau jenis burung lainnya. Seekor rajawali dewasa memiliki tinggi badan sekitar 90 cm, dan bentangan sayap sepanjang 2 m. Ia membangun sarangnya di puncak-puncak gunung. Sarang itu sangat besar (bisa mencapai 700 kg) sehingga manusiapun dapat tidur didalamnya.
Pelajaran pertama dari burung rajawali adalah Bayi Rajawali harus belajar untuk terbang.
Di atas puncak gunung yang tinggi, telur rajawali menetas dan muncullah bayi rajawali. Seperti layaknya bayi yang lain, hanya ada dua hal yang sangat disukai oleh bayi rajawali yaitu makanan dan tidur. Setiap hari, induk rajawali mencarikan makanan dan menyuapi mulut bayi yang sudah terbuka. Dengan perut kenyang, bayi itu tidur kembali. Hal itu berlangsung berulang-ulang dalam hidupnya. Siklus ini berjalan beberapa minggu, sampai pada suatu hari, induk rajawali ini tebang dan hanya berputar-putar di atas sarangnya memperhatikan anaknya yang ada di dalamnya. Kali ini tanpa makanan. Setelah berputar beberapa kali, induk rajawali akan terbang dengan kecepatan tinggi menuju sarangnya, ditabraknya sarang itu dan digoncang-goncangkannya. Kemudian ia merenggut anaknya dari sarang dan dibawanya terbang tinggi. Kemudian, secara tiba-tiba, ia menjatuhkan bayi rajawali dari ketinggian. Bayi ini berusaha terbang, tapi gagal. Beberapa saat jatuh melayang ke bawah mendekati batu-batu karang, induk rajawali ini dengan cepat meraih anaknya kembali dan dibawa terbang tinggi. Setelah itu, dilepaskannya pegangan itu dan anaknya jatuh lagi. Tapi sebelum anaknya menyentuh daratan, ia mengangkatnya kembali. Hal ini dilakukan berulang-ulang, setiap hari. Hingga hanya dalam waktu satu minggu anaknya sudah banyak belajar, dan mulai memperhatikan bagaimana induknya terbang. Dalam jangka waktu itu, sayap anak rajawali sudah kuat dan ia pun mulai bisa terbang.
Banyak orang Kristen seperti bayi rajawali. Terlalu nyaman di dalam sarangnya. Kita datang ke gereja seminggu sekali untuk mendapatkan makanan. Kita menunggu pelayan Tuhan untuk memberi kita “makanan rohani” ke dalam mulut kita. Kemudian setelah ibadah selesai, kita pulang dan “tidur” lagi, tanpa melakukan firman Tuhan dan hidup tidak berubah. Seminggu berlalu, kita lapar lagi dan pergi lagi ke gereja dan mendapat makanan lagi dan setelah itu pulang lagi dan “tidur” lagi. Hal ini berlangsung terus menerus tanpa ada pertumbuhan rohani. Sampai suatu saat, pencobaan terjadi dalam hidup kita, sarang digoncangkan dengan keras dan kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kita mulai panik menyalahkan Tuhan: “Tuhan jahat! Tuhan tidak adil, dll.” Sesungguhnya Tuhan tidak jahat. Melalui berbagai masalah hidup, Tuhan sedang melatih kita untuk lebih dewasa, agar kita bisa siap untuk ‘terbang.’ Sia-sia menjadi rajawali kalau dia tidak bisa terbang. Sia-sia juga menjadi orang Kristen kalau kita tidak pernah dewasa dalam iman! Perhatikanlah hal ini: Ketika pencobaan datang, Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anakNya jatuh tergeletak, tapi seperti induk rajawali, Ia menyambar anakNya untuk diangkat kembali.
Masa-masa sukar akan selalu ada di depan kita, tapi kita akan menemukan diri kita selalu penuh dengan pengharapan jika kita tetap berdiri pada kebenaran firman Allah. Apa yang sedang terjadi? Ternyata kita sedang merentangkan sayap kita! Kita sedang belajar terbang! Tuhan mengangkat dan memuliakan kita melalui pencobaan-pencobaan yang kita alami.
Jika induk rajawali melatih anaknya untuk mempergunakan sayapnya, Tuhan melatih kita untuk mempercayai firmanNya dan memergunakan iman kita. (J.Th)