Pertanyaan tentang pernyataan dari Peter Scazzero: “It is impossible to be spiritually mature while remaining emotionally immature”.
by ADMIN · Published · Updated
Q) Pertanyaan: Di salah satu session’s K2 ada video menampilkan pernyataan dari Peter Scazzero (bukunya dipakai sebagai buku diskusi K2 GPBB di tahun 2023). Peter Scazzero, mengatakan: “It is impossible to be spiritually mature while remaining emotionally immature”. Apakah pengerja GPBB setuju atas pernyataan tersebut? Interpretasi saya adalah Peter Scazzero mencoba mengatakan emosi lah yang menjadi *penentu dan sentral* pertumbuhan rohani (bukan sebaliknya). Peter Scazzero mencoba mwngatakan Kalau emosi (external) bagus, pasti pertumbuhan rohani (internal) bagus. Menurut pengertian saya pernyataan Peter Scazzero adalah tidak tepat, Malah yang tepat justru kebalikannya, pertumbuhan rohani (yang sejati, melalui empowerment Roh Kudus) akan membawa buah termasuk emosi yang sesuai Firman Tuhan).
Alasan saya mengatakan demikian: (1) sebagian orang Kristen secara emosi bagus tetapi tidak bertumbuh secara rohani, atau malah banyak banyak orang non-Kristen yang emosinya jauh lebih bagus daripada orang Kristen (karena kalau hanya mau wmosinya bagus, tidak perlu jadi orang Kristen, dan Yesus juga tidak perlu sampai harus datang ke dunia dan mari disalibkan). Sedangkan menurut Peter Scazzero, kalau emosinya bagus, pasti spiritual nya bagus. Sementara bukankah spiritual seseorang bagus hqnya Kalau campur tangan Tuhan dan kasih karunia, bukan karena seseorang in control of their emotions (2) saya tidak bisa mendapatkan dasar Alkitab (di sebuah atau ayat yang lain) viewpoint Peter Scazzero ini,
(3) Alkitab menurut pengertian saya mengajarkan justru kebalikan dari yang dikatakan Peter Scazzero. Alkitab mengajarkan inside determine out.: segala sesuatu (pikiran, perbuatan, bahkan emosi, dll) berasal dari hati. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Amsal 4:23 Juga perkataan Tuhan Yesus “Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” Matius 15:19 TB Dan Yeremia 17:9-10 dst 4. Alkitab mengajarkan kasih (emosi), sukacita (emosi) damai sejahtera (lawan dari emosi khawatir) adalah buah/by product Roh , buah Spiritual. Kalau seseorang ada di dalam Spirit, buahnya adalah buah Roh (yang juga emosi). Buah kedagingan (Galatia 5) yang termasuk emosi2 negatif asalnya juga bukankah juga adalah by-product? Terimakasih.
A) Jawaban: Pertama-tama saya perlu mengapresiasi pengamatan dan pertanyaan kritis yang telah dituliskan. Menunjukkan ada sejumlah pemahaman tentang masalah keselamatan seseorang dan proses pertumbuhan seorang Kristen. Perlu dicermati bahwa buku Emotionally Healthy Relationship beserta video-videonya lebih menekankan “Discipleship that changes your relationship with others”. Ini adalah subjudul buku tersebut. Jadi bukan bahan yang menjelaskan tentang doktrin keselamatan dan hanya sebagian aspek tentang pertumbuhan rohani (discipleship), yaitu “change your relationship with other”.
Pada umumnya orang -orang Kristen mengapresiasi tulisan Scazerro. Amazon books untuk buku Emotionally Healthy Spirituality memberi rating 5: 75%, rating 4: 15, rating 3: 6% dan sisanya masing-masing 2 %. Untuk buku Emotionally Healthy Discipleship di review Goodreads ratingnya 4.48 dari 5. Berikut pernyataan kesimpulan setelah seorang penulis memberi review: “Overall, I really appreciate the emphasis that as we mature in our faith in Christ, we become more genuine as his disciples.” Tulisan ini terdapat dalam situs Clergycare yang dibawahi oleh Focus on Family Canada. Walaupun pada umumnya direspon positif, tentu ada review yang kritis juga terhadap tulisan Scazerro. Ini adalah hal yang umum terjadi. Baca juga review kritikal tentang Peter Scazerro untuk membuat kita lebih hati-hati dan tidak menelan begitu saja semua tulisan seseorang.
Jika ditanyakan kepada Peter Scazerro apakah dengan menyatakan “It is impossible to be spiritually mature while remaining emotionally immature” berarti penentu pertumbuhan rohani adalah emosi seseorang, saya duga beliau akan membantah. Dalam tulisan Peter Scazerro “Be before you do” (lihat https://faithgateway.com/blogs/christian-books/be-before-you-do) justru ditekankan aspek internal (being) sebelum aspek eksternal (doing). Berikut kutipan dari artikel ini: “Once He launched His ministry, Jesus intentionally moved back and forth between doing active ministry and being alone with the Father (Luke 5:15-16). When Jesus selected the Twelve to be His inner circle, He followed the same pattern, requiring that they be with Him before doing active ministry for Him”.
Berikut beberapa kutipan tentang emosi dan pertumbuhan rohani dari Scazerro: “Ignoring our emotions is turning our back on reality. Listening to our emotions ushers us into reality. And reality is where we meet God. . . . Emotions are the language of the soul. They are the cry that gives the heart a voice. . .” ― Peter Scazzero, Emotionally Healthy Spirituality: Unleash a Revolution in Your Life In Christ
“When we deny our pain, losses, and feelings year after year, we become less and less human. We transform slowly into empty shells with smiley faces painted on them. Sad to say, that is the fruit of much of our discipleship in our churches. But when I began to allow myself to feel a wider range of emotions, including sadness, depression, fear, and anger, a revolution in my spirituality was unleashed. I soon realized that a failure to appreciate the biblical place of feelings within our larger Christian lives has done extensive damage, keeping free people in Christ in slavery.” ― Peter Scazzero, Emotionally Healthy Spirituality: Unleash a Revolution in Your Life In Christ
Berikut tulisan Scazerro tentang Roh Kudus: “The pressure on Jesus to live someone else’s life was enormous. Yet, by the power of the Holy Spirit and in communion with God, he stayed true to his own life and purpose, finishing the work the Father had given him (John 17:4).” (https://www.emotionallyhealthy.org/quit-living-someone-elses-life/) “The Holy Spirit has created, I believe, a holy discontent with our contemporary spiritual formation models that are not changing lives deeply. Without genuine, authentic testimonies of people profoundly transformed by Jesus Christ, our mission, strategies and plans will ultimately fall short. Let me begin by affirming: “Christ Jesus came into the world to save sinners—of whom I am the worst (1 Tim.1:15). This being said, I remain passionate as you might be, that the church be transformed into all Jesus Christ has called her to be.” (https://www.emotionallyhealthy.org/an-invitation/)
Buat saya tulisan Scazerro bukanlah tulisan yang sifatnya doctrinal, tetapi lebih mensharingkan hal-hal praktis. Hal emotional memang tidak menentukan pertumbuhan tetapi bisa mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan rohani.Jadi bahan Scazerro bisa berguna dalam rangka belajar salah satu pendekatan praktikal (bukan satu-satunya) dalam rangka hidup di dalam Kristus dan bertumbuh secara rohani. (Djh)
