Retreat
Kehidupan kita di Singapura pada umumnya penuh dengan kesibukan. Waktu berjalan dengan begitu cepat. Kita ingin terus maju, maju, dan maju. Namun, mungkin ada baiknya terkadang kita berdiam diri sebentar saja. Bahkan, terlebih dari itu, untuk mundur — untuk retret sejenak dari segala kesibukan kita.
Kata ‘retreat’ berasal dari kata retrahere dalam bahasa Latin yang berarti mundur, menarik diri. Kata ini awalnya banyak dipakai di dalam konteks peperangan, yaitu ketika sebuah pasukan menarik dari dari pertempuran, sebelum kemudian dipakai di dalam tradisi gerejawi, yaitu periode dimana seseorang menarik dirinya dari aktivitasnya sehari-hari untuk mendekatkan dirinya kembali kepada Tuhan.
Retreat sebagaimana yang kita kenal saat ini dipopulerkan oleh Ignasius dari Loyola (1491 – 1556). Ignasius terbiasa untuk menyisihkan waktu tujuh jam setiap harinya untuk berdoa. Ia kemudian mengembangkan disiplin ini di dalam bukunya Spiritual Exercise, dimana ia menuliskan bagaimana untuk seseorang dapat menjalani retret pribadi. Pertama, setiap peserta retret akan pergi ke suatu tempat yang terpencil. Di sana, ia akan memeriksa kembali hidupnya dengan doa dan refleksi selama 28-30 hari lamanya. Di retret ini, ia akan ditemani oleh seorang pembimbing rohani yang akan membimbing sang peserta retret ini di dalam refleksi pribadinya. Tujuan dari retret ini adalah agar setiap peserta retret dapat melihat kembali jejak Yesus dalam kehidupannya sehari-hari.
Bagi Ignasius, menjadi spiritual bukan berarti untuk menarik diri dari dunia. Ignasius meyakini bahwa spiritualitas yang sejati terjadi di tengah dunia di dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun, Ignasius juga menyadari bahwa kita memerlukan retret yang rutin, dimana kita menarik diri dari dunia sejenak, supaya kita bisa disegarkan kembali di dalam spiritualitas keseharian kita setelah kita kembali dari retreat.
Minggu depan, sebagian dari kita akan menarik diri dari segala kesibukan kita untuk sejenak di Batam. Kiranya retret ini dapat membangkitkan kembali kerohanian kita yang mungkin selama ini terhimpit oleh segala kesibukan kita. Terlebih dari itu, marilah setiap dari kita membiasakan diri untuk menarik diri sejenak setiap harinya, berdiam diri di hadapan Allah yang Mahakuasa, dan belajar untuk mendengar suaraNya di tengah segala kesibukan hidup kita. (SH)