SABAT
by GPBB ·
Salah satu hal yang menarik mengenai hari Sabat adalah maknanya yang terus berkembang dari jaman ke jaman. Dalam sepuluh perintah Allah, misalnya, bangsa Israel diperintahkan untuk mengingat dan menguduskan hari Sabat “sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya.” (Kel 20:11) Dengan kata lain, hari Sabat dihubungkan dengan ritme penciptaan langit dan bumi itu sendiri. Sementara di Kel 31, hari Sabat dipelihara “sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu.” (Kel 31:13) Menjaga dan memelihara hari Sabat adalah bagian dari identitas bangsa Israel sebagai umat perjanjian.
Pada jaman Yesus dari Nazaret, hari Sabat telah menjadi salah satu simbol utama kaum Yahudi yang membedakan mereka dengan bangsa-bangsa lain, selain, misalnya, sunat dan pembedaan makanan yang tahir dan tidak tahir. Hari Sabat menjawab pertanyaan, “Apakah artinya untuk menjadi bangsa Yahudi yang setia terhadap perjanjian dengan Allah?” Walau, beberapa pihak mungkin akan memiliki jawaban yang berbeda jika ditanya apa manifestasi dari menjaga hari Sabat. Misalnya, sebuah kisah tragedi di padang gurun pada pertengahan abad ke-2 sebelum Masehi, dimana kurang lebih seribu orang Yahudi mati dibunuh pasukan dinasti Seleukid, pecahan kerajaan Yunani yang berkuasa di Siria, Persia, dan Mesopotamia. Mereka mati secara tragis tanpa (bisa) melawan, karena hari mereka diserang adalah hari Sabat. Setelah tragedi itu, kelompok gerilyawan Yahudi yang dipimpin oleh Matatias harus memutuskan apa yang harus mereka lakukan jika mereka mengalami hal yang serupa. Dan, mereka memutuskan, bahwa dalam keadaan demikian, menjaga hari Sabat berarti untuk membalas serangan.
Dalam jaman Yesus, dimana hari Sabat telah dibajak dan malah menjadi alat penindasan, Yesus juga melakukan re-interpretasi yang serupa. Bagi Yesus, misalnya, menjaga hari Sabat berarti menyembuhkan orang di hari Sabat. Konfrontasi Yesus dengan mazhab Farisi saat itu, banyak yang bermula dari insiden di hari Sabat (bdk. Mrk 1:21-28, 2:23-28, 3:1-6, Yoh 5:1-18, 9:1-41).
Karena itu, tantangannya bagi kita adalah bagaimana menghayati hari Sabat dalam konteks kita saat ini. Jika ada yang pasti tentang hari Sabat, maka hal ini adalah bahwa hari Sabat itu berbeda dengan enam hari lainnya dalam satu minggu itu, dan keperbedaan ini sepatutnya digunakan dalam koridor kasih terhadap Allah dan sesama manusia, dua pilar kembar panggilan kita sebagai manusia yang dicipta seturut rupa-Nya, untuk mengingatkan kita senantiasa mengenai identitas dan panggilan kita di dunia dalam mengerjakan enam hari lainnya. (SH)
Image © Gpbb.org