SELAMAT TAHUN BARU 2019
(image dari tribunnews.com)
Setelah membaca kitab Pengkotbah ada yang ngomong begini, “Mengasyikkan, membuat kita tidak lagi menjalankan kehidupan ini dengan sembarangan.” Bagi saya orang itu tidak mungkin bisa berkata begitu filosofis jika tidak membaca kitab Pengkotbah. Dalam pengalaman saya, saya melihat setiap orang yang selesai membaca dan mempelajari kitab Pengkotbah pasti berubah menjadi lebih bijak dan berhikmat. Orang yang berhikmat adalah orang yang selalu bisa melihat satu peristiwa dalam hidupnya dari berbagai sudut penilaian dan mampu mengambil pelajaran berharga dari peristiwa itu. Ada yang berkata bahwa orang bijak tidak akan jatuh dua kali dalam kesalahan yang sama. Jika jatuh berkali-kali dalam kesalahan yang sama, itu mah orang bolot bukan orang bijak. Bolot artinya tulalit, enggak nyambung, enggak bisa nyambungin setiap peristiwa dengan nilai kehidupan. Nah, memasuki tahun 2019, kita mau jadi orang bijak atau mau jadi orang bolot? Terserah Anda!
Pasal 12 dari kitab Pengkotbah merupakan hasil pengamatan yang luar biasa dari penulisnya. Secara puitis dikatakan bahwa keceriaan dan kekuatan masa muda lambat tapi pasti berangsur digantikan dengan pelbagai kelemahan, keterbatasan, kerabunan, kemunduran, kehilangan vitalitas dan gairah hidup sampai akhirnya menghembuskan napas terakhir (12:6-7). Namun, satu hal yang tidak boleh mundur dan menurun apalagi hilang yaitu takut akan Allah (12:13-14). Tanpa Allah, hidup akan semakin sengsara, kesepian, dan keputusasaan di masa tua, tetapi hidup yang berpusat pada Tuhan akan membuat manusia menjadi lebih tegar, kokoh dan kuat dan bahkan selalu menemukan berkat dan nilai ketika berhadapan dengan perubahan atau kesulitan. Memasuki tahun 2019, seluruh dunia merasakan kecemasan dan ketakutan yang luar biasa. Tidak pernah sebelumnya manusia begitu pesimis memasuki tahun yang baru. Jika malam tahun baru masih ada terompet dan sorak sorai, tetapi itu tidak lagi dilatarbelakangi dengan semangat kegembiraan tetapi lebih karena ingin sejenak melupakan ketakutan dan kecemasan yang jelas berada di depan mata. Lantas bagaimana? Menyerah? Bertindak menghalalkan segala cara yang penting survive? Iman dan agama tidak penting lagi, yang penting adalah hukum rimba? Jelas tidak boleh demikian. Sebagai manusia yang beradab, kita diberi akal dan budi untuk berpikir mencari jalan keluar. Perlu diingat, kesulitan dan krisis bukan baru satu dua kali dihadapi oleh manusia. sudah ratusan bahkan ribuan kali sepanjang sejarah manusia, tetapi lihatlah, bukankah manusia bisa keluar dari krisis! Bukankah duniaselalu lebih baik setelah krisis! Mengapa demikian? Karena ketika krisis melanda manusia justru semakin tertantang dan secara maksimal memakai akal budinya. Didalam krisis selalu ada peluang. In calm waters, every one is a good sailor, begitu kata Margaret Riis. Pengkotbah mengajarkan dari pengalamannya agar selalu takut akan Tuhan, ingat Tuhan dan tidak putus asa. Terus gunakan pikiran untuk berpikir, gunakan budi untuk beretika dan banyak kumpul dengan rekan-rekan untuk saling sharing dan tukar pikiran. Pemazmur berkata, “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan bersorak sorai.” (Mazmur 126:5) Dari meja gembala, saya ingin terus mendoakan dan memberi berkat kepada seluruh jemaat GPBB agar memasuki dan menjalani tahun 2019 dengan penuh optimis, penuh iman dan perhitungan yang matang. Sukses menanti kita. (Diambil dari Renungan Liturgi Kebaktian Rumah Tahun Baru GPBB 2019 oleh Pdt. Joseph Theo).