TENDER MINDED
Image dari http://ecorner.stanford.edu
Setiap gerakan besar dalam sejarah manusia selalu diawali dengan tender minded (pemikiran halus), meskipun pemicunya adalah tough minded (pemikiran kasar) yang langsung menyangkut persoalan material, seperti kelaparan, ketersinggungan, kemiskinan dan lain-lain, begitu ungkap sejarawan Craine Brinton dalam bukunya The Anatomy of Revolution.
Lebih lanjut, sejarawan itu mengatakan, “Setiap revolusi besar dalam sejarah manusia juga digerakkan oleh pemikiran-pemikiran bukan peristiwa peristiwa.”
Saya setuju! Setiap peristiwa pasti ada pemikiran-pemikiran dibaliknya yang menjadi penyebabnya. Peristiwa yang kasat mata hanya pemicu tetapi bukan penyebab. Kegagalan kita, kegagalan gereja, kegagalan bangsa seringkali hanya menyelesaikan pemicu tetapi tidak pernah menyelesaikan -dan menangani- penyebab atau pemikiran-pemikiran dibalik sebuah kejadian atau peristiwa. Revolusi Perancis menjadi matang dan akhirnya meletus berkat pemikiran ahli-ahli filsafatnya, seperti Voltaire, Rousseau, Diderot, Montesquieu. Revolusi Rusia matang berkat pemikiran Marx Engels, Lenin, Trotzky dan lain-lain. Pergerakan kemerdekaan Indonesia digerakkan oleh pemikiran para tokohnya seperti Ir. Soekarno, Mohamad Hatta, Jenderal Sudirman dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang selalu berpikir dan dengan pikirannya itu menggerakkan massa dan mencetuskan peristiwa. Jika kita terjebak kepada peristiwa maka cenderung kita menjadi reaktif dan panik. Akibatnya, penyelesaian semakin jauh dari harapan. Orang yang dewasa tidak akan reaktif dan panik. Ia akan tenang, melihat dan mendiagnosa apa penyebab satu peristiwa terjadi, lalu kemudian mengambil tindakan yang tepat.
Pada faktanya, masyarakat pada umumnya, termasuk Anda dan saya lebih sering reaktif dan panik dan tidak tuntas menyelesaikan penyebabnya. Terorisme tidak bisa diselesaikan hanya dengan menangkapi para pelakunya. Seorang anak yang berontak tidak bisa diselesaikan hanya dengan memukulinya dll.
Sepuluh orang yang nyolong ayam, pasti didorong oleh sepuluh pemikiran atau kepentingan yang berbeda. Kesepuluh pencuri itu memiliki peristiwa yang sama yaitu sama-sama nyolong ayam. Tetapi, pasti didorong oleh berbagai pemikiran. Yang satu karena ingin makan ayam, yang satu lainnya karena ingin membeli obat untuk menolong anaknya yang sakit, yang lain lagi memang sakit kleptomaniak, Nah, yang satunya lagi lebih aneh, karena dendam sama si pemilik ayam. Jadi, penyelesaiannya tidak boleh hanya menghukum si pencuri, harusnya juga menangani penyebabnya.
Kita tidak akan pernah menjadi manusia yang maju jika selalu lebih senang membicarakan peristiwa apalagi dikembangkan menjadi issu. Kita tidak akan pernah menjadi pribadi yang matang dan dewasa jika pada setiap kesalahan, hanya mencari siapa yang salah, bukan kenapa bisa salah. Kita tidak akan bergerak maju menjadi satu bangsa yang hebat, jika pada setiap peristiwa lebih senang mencari binatang yang namanya kambing hitam dan menghakimi si kambing yang ngak tahu apa-apa itu, ketimbang mencari solusi dan tegas mencegah supaya peristiwa tersebut tidak terulang lagi. Itulah sebabnya, kita tidak heran ketika peristiwa demi peristiwa yang sama terus terulang tanpa pernah ada penyelesaian tuntas.
Dunia ini diubah oleh mereka yang memiliki pemikiran-pemikiran yang hebat. Jadi, jangan asal reaktif tetapi jadilah proaktif melalui pemikiran-pemikiran yang hebat. (J.Th)