Menjadi Ibu Idaman
by GPBB ·
Perikop yang kita baca hari ini mungkin sudah sangat familiar buat Anda. Bagian perikop ini terutama Amsal 31: 29-30 juga sering diambil dan dijadikan sebagai referensi untuk seorang cowok melamar pacar ceweknya untuk diajak menikah.
Dalam rangka hari ibu International yang biasa diperingati setiap hari Minggu kedua bulan Mei, saya ingin mengajak para ibu untuk kembali mengingat perikop ini sebagai panggilan Ilahi untuk menjadi ibu yang memberikan manfaat buat sekeliling kita. Bukan hanya menjadi idaman suami dan anak-anak, tetapi juga dikagumi/dihormati oleh orang-orang sekeliling kita. Dan hal itu bisa terjadi karena kita mengetahui panggilan tugas kita sebagai ibu sesuai kehendak Tuhan.
Dari perikop ini, beberapa refleksi dan aplikasi yang bisa diambil:
- Yang paling dasar dan utama untuk kita dapat menjalankan tugas tanggung jawab sebagai wanita, isteri dan ibu dari anak-anak adalah takut akan Tuhan (Amsal 31: 30). Tuhan sudah menganugerahkan dan mempercayakan peran dan tanggung jawab penting kepada kita sebagai wanita. Tugas kita untuk menjalankan peran itu dengan sebaik mungkin dengan selalu takut dan mengandalkan Tuhan.
- Sebagai wanita, dengan menjalankan peran sebagai isteri dan ibu, mempunyai karakter dan ketrampilan adalah lebih utama daripada penampilan fisik (Amsal 31: 10, 17 dan 30). Lebih baik untuk selalu belajar memperbaiki diri dalam hal karakter dan mengasah ketrampilan yang ada saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan hal yang sederhana, misalkan membaca buku, mencoba resep baru, belajar bahasa asing, dan lain-lain yang bermanfaat.
- Wanita dalam panggilan ilahi ini akan mampu menjadi ibu yang produktif (Amsal 31:12-19) dengan berkarya dan bertanggung jawab terhadap apa yang dia punya melalui pengaturan waktu, tenaga dan harta. Dia juga akan menjadi ibu yang penyayang dan pemerhati/peduli. Bukan hanya mengasihi suami dan anak-anak, tetapi juga mengasihi sesamanya (Amsal 31: 20-28).
Demikianlah kita menjalankan peran kita sebagai ibu dengan selalu takut akan Tuhan, mengasah karakter dan ketrampilan kita (yang konsekuensinya adalah kita tidak akan memandang sesama wanita melalui penampilan fisiknya semata), serta menyayangi suami dan anak-anak termasuk sesama kita. Kiranya berkat dan penyertaan Tuhan akan menolong kita sebagai ibu yang produktif dan mampu membangun generasi yang baik. Hendaknya kita menjadi support system bagi para wanita atau ibu-ibu lain. Kita tidak akan men-judge wanita (dan orang lain) dari penampilan fisiknya, kita tidak akan berkomentar negatif terhadap mereka, selalu memberikan dorongan untuk saling membangun sehingga apa yang dianugerahkan dan dipercayakan Tuhan sebagai seorang ibu akan membawa hasil sesuai kehendak Tuhan. Happy Mother’s Day. [Mukti A. Ciptaningtyas]
Image courtesy by unsplash