TOM AND JERRY
Beberapa hari menjelang akhir tahun 2017 sejenak saya nonton film kartun Tom and Jerry di saluran Cartoon Network. Film kartun produksi MGM yang terkenal itu sangat disenangi oleh anak-anak. Tetapi, saya seringkali jengkel setiap nonton film itu. “Kenapa sih kucingnya (hampir) selalu kalah,” begitu saya ngoceh sambil pergi ngak mau nerusin nonton.
Tetapi, minggu lalu sambil nonton saya berpikir, “Kenapa yah si Tom selalu kalah?”, “Apa sih yang mau digambarkan oleh William Hanna dan Joseph Barbera tentang kucing dan tikus?” Untuk menangkap pesan apa yang mau disampaikan oleh pencipta film itu, tiba-tiba saya tersadar tentang karakter dua tokoh kartun itu dalam kenyataannya.
Kucing adalah binatang sendirian. Artinya dia bukan binatang yang hidup bergerombol. Ia tetap sendirian, berdiam diri sendirian walau ada bersama-sama kucing lainnya. Kucing tidak bisa berkawan walau dengan sesamanya. Itu sebabnya, kita tidak pernah mendengar istilah kawanan kucing (bandingkan dengan kawanan serigala, kawanan anjing, kawanan gajah dll). Kucing tidak pernah makan bersama untuk satu makanan dengan teman-temannya. Masing-masing makan makanannya sendiri-sendiri dan bisa berantem ketika kucing lain menghampiri makanannya. Pada film kartun itu, tepat, Tom digambarkan sebagai binatang sendirian, beda dengan Jerry yang bisa berteman dengan anjing, burung atau ikan. Tom juga digambarkan binatang yang hampir selalu memulai mencari gara-gara dengan Jerry. Tujuan Tom cuma satu: “Hancurkan dan makan si Jerry!” Tom digambarkan sebagai kucing yang jahat, egois, kejam tidak berperikebinatangan dan bodoh alias bego, makanya kalah terus dengan Jerry yang digambarkan sebagai pihak yang lemah, tertindas, diintai tetapi pintar dan licik. Inilah jawaban yang saya dapat kenapa Tom (hampir) selalu kalah.
Bagaimana dengan Jerry? Ia binatang licik. Giginya dan penciumannya hebat. Giginya bisa membuat lubang pada ujung pintu kayu rumah kita. Penciumannya bisa mendeteksi makanan dimana saja. Tetapi apakah ia bisa bersahabat dengan anjing, burung dan ikan? Apakah ia binatang yang baik dan `berbudi`? Jelas Tidak! Pada film kartun itu, tikus hanya dipakai untuk menyampaikan pesan bahwa jika kita licik maka kita bisa memanfaatkan siapa saja, yang besar (anjing) atau yang kecil (burung atau ikan) Kelicikan bisa membuat kita selamat dan hebat mengalahkan siapa saja.
Akhirnya, kita harus hati-hati. Melalui Tom kita mau diajar bahwa dalam dunia ini, kekuatan, kebesaran dan kepunyaan kita jangan digunakan untuk meremehkan, menindas atau memperdaya si kecil. Melalui Jerry kita belajar, tikus meski kecil, lemah dan selalu terancam hidupnya, tetapi karena ia cerdik maka bisa selamat. Tetapi, Jerry juga dilukiskan sebagai binatang yang licik, suka mengadu yang tidak-tidak kepada anjing, suka memanfaatkan pihak lain yang lebih besar -yaitu anjing- untuk kepentingan dan keselamatannya sendiri. Seolah-olah mau menyampaikan pesan bahwa dalam hidup ini jika mau menang dan selamat, harus cerdik, licik, likiat. Manfaatkan siapa saja, berteman dan baik-baik dengan siapa saja yang lebih besar, yang bisa mendatangkan keuntungan dan keselamatan kita.
Wah, betapa repotnya dunia ini jika setiap orang berteman cuma untuk saling memanfaatkan. Betapa hancurnya dunia ini, jika setiap manusia saling mengintai dan memakan satu sama lain. Yang kecil dimakan dengan yang besar. Yang besar dimakan lagi dengan yang lebih besar dst-nya. Hai, pembaca, pikir sendiri yah, filosofi Tom dan Jerry itu sesuai ngak dengan prinsip-prinsip kekristenan? (J.Th)