Tuhan Menggunakan Kekurangan (I)
“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.” (1 Kor 1:27-29)
Tuhan menggunakan semua kelemahan saya untuk membentuk saya, bergantung kepadaNya, dan memberikan kemuliaan bagiNya.
Sebagai anak ketiga setelah dua kakak laki-laki dengan jarak umur hanya setahun lebih beberapa bulan saja, saya memiliki kelemahan fisik dan mudah sakit. Kalau naik mobil saya mabuk sehingga saya dikatakan tidak berbakat kaya. Saya cuma bisa lari lapangan sekolah dua putaran sedangkan teman-teman bisa enam putaran; jantung saya lemah dan tekanan darah rendah.
Saya juga lemah dalam kinestetik/koordinasi gerak dan spasial, maka saya perlu waktu yang cukup lama untuk belajar naik sepeda (sudah bisapun saya bertabrakan dengan sepeda lain di jalan). Saya tidak bisa naik sepeda motor karena hampir mati pada waktu belajar dan takut sekali dengan ketinggian. Kalau mendaki bukit masih ok, tapi tidak menuruninya. Saya tidak suka swing apalagi roller coaster (sekali saja cukup). Saya tidak bisa multi-tasking. Saya harus melintas jalan beberapa kali dan penuh perhatian pada tanda-tanda di sekitarnya sebelum saya bisa ingat, sampai-sampai saya tidak tahu jalan pulang ketika Papa pindah rumah padahal masih di kota yang sama, Surabaya.
Masih belum cukup, saya juga berat lidah, seperti gong, kalau tidak ditabuh, tidak berbunyi – tidak mengerti basa basi. Saya orang yang introvert, tidak menikmati panggung ataupun jadi pusat perhatian. Saya sangat menikmati membaca buku di kamar daripada ke pesta. Mama harus mengancam saya akan dikunci di kamar kalau saya tidak mau ikut pergi ke Taman Hiburan Rakyat. Kepribadian saya terutama adalah melankolik dan kolerik yang menjadikan saya highly task-oriented. Saya kurang peka pada perasaan orang lain, condong mengorbankan orang daripada tugas, dan rigid. (bersambung) (Hartati Muljani Notoprodjo)