YUDAS ISKARIOT DAN MARIA (Yohanes 12:1-8)
Jujur saja, tidak akan ada orangtua yang mau anaknya jadi seperti Yudas Iskariot. Tidak dalam peran drama Jumat Agung atau Paskah Sekolah Minggu di gereja, apalagi dalam kehidupan nyata. Yudas memang meninggalkan kesan dan teladan yang amat negatif.
Hari itu adalah kira-kira seminggu menjelang Tuhan Yesus merayakan Paskah terakhir selama hidup-Nya di dunia. Beberapa waktu yang lalu orang-orang ramai membicarakan Lazarus yang mati tapi kemudian dibangkitkan oleh Yesus. Maka mereka mengadakan perjamuan makan untuk Dia (ay.2). Tiba-tiba, Maria mengambil setengah kati (setengah liter) minyak narwastu yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya (ay.3). Tentu saja, bau minyak semerbak memenuhi ruangan itu. Anda dapat membayangkan ruangan yang tadinya penuh dengan perbincangan kini semua tatapan mata tertuju kepada satu sosok saja, Maria. Yudas juga memperhatikan Maria, tepatnya apa yang Maria bawa.
Yudas menyayangkan sikap Maria yang menghambur-hamburkan minyak yang mahal itu. Padahal, menurut Yudas, minyak itu bisa dijual seharga 300 dinar (upah setahun kerja dalam konteks Yahudi pada waktu itu) dan uangnya dapat dibagi-bagikan kepada orang miskin (ay.5). Protes Yudas terdengar sangat penuh perhatian, seolah-olah ia peduli dengan nasib rakyat miskin. Tapi Alkitab menjelaskan: “Hal itu dikatannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang ada dalam kas yang dipegangnya” (ay.6). Hati Yudas melekat pada uang. Ia terbiasa mengambil kesempatan dalam kesempitan. Awalnya, ia menguasai uang; kemudian, uang menguasai hatinya. Awalnya, ia mencuri uang; kemudian uang mencuri hatinya. Akhirnya, Ia jadikan Yesus alat untuk memperkaya dirinya sendiri.
Berbeda sekali dengan Maria yang datang bersujud dan mempersembahkan minyak yang mahal tanpa merasa rugi atau kehilangan karena Maria tahu bahwa Yesus adalah segala-galanya dalam hidupnya. Hati Maria adalah hati yang tulus menyembah dan mengasihi Yesus sedalam-dalamnya. Dan Tuhan Yesus memuji sikap Maria ini. Ia bahkan mengatakan: “Sesungguhnya, dimana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan terus disebut juga untuk mengingat dia” (Mat. 26:13). Sementara Yudas terus diingat karena berbagai kejahatan dan pengkhianatannya, Maria diingat karena kasih dan penyembahannya. Bagi Yudas, Yesus adalah alat untuk dimanfaatkan; tetapi bagi Maria, Yesus adalah Allah yang patut disembah. Tuhan menjauhkan dari kita hati Yudas yang egois dan keras dan memberikan kita hati Maria yang tulus dan penuh penyembahan. Seberapa besar kasih kita kepada Tuhan Yesus akan menentukan seberapa aman pengaruh harta terhadap hati dan hidup kita. Kiranya hati kita berdoa demikian: Briku hati untuk menyembah-Mu, Briku hati untuk mengasihi-Mu, Briku hati memuji-Mu dan mengasihi Engkau, seperti wanita yang datang mengurapi-Mu. Selamat Paskah! (yj).