KATONG
by GPBB ·
“Siapakah sesamaku manusia?” (Luk 10:29)
Pertanyaan ini dilontarkan oleh seorang ahli Taurat untuk membenarkan dirinya, dan dijawab Yesus lewat kisah yang kita sudah sangat familiar: Orang Samaria yang baik hati. Seorang asing, dari kelompok yang sering dipandang rendah, justru menjadi teladan kasih sejati. Bukan karena statusnya, tetapi karena tindakannya.
Baru-baru ini, di Tanjong Katong, terjadi kejadian yang menggemparkan namun kemudian diikuti oleh peristiwa yang menggugah hati. Sebuah mobil terperosok ke dalam lubang besar yang tiba-tiba terbentuk di jalan. Dalam situasi genting itu, yang pertama kali membantu adalah empat pekerja migran, kelompok yang kerap luput dari perhatian masyarakat di Singapura. Mereka tidak diam atau hanya menonton. Dengan sigap dan tali nilon seadanya, mereka bahu-membahu menarik sang pengendara keluar dari bahaya.
Kisah ini adalah perwujudan nyata dari Lukas 10:25–37. Mereka menjadi ‘orang Samaria’ yang baik. Mereka tidak hanya menyaksikan, tetapi bertindak dengan kasih. Di tengah kota yang sibuk, kasih itu datang dari arah yang mungkin kita tidak duga karena berbagai prasangka kita.
Gereja dipanggil untuk menjadi tempat yang membuka dirinya. Di saat dunia sibuk membangun tembok yang semakin tinggi, Yesus mengajar kita untuk meruntuhkan batas-batas yang semu dan makan bersama dengan orang-orang yang terpinggirkan. Saat dunia sibuk memilih siapa yang ‘layak’ untuk dikasihi, Roh Kudus menggerakkan kita untuk menyambut yang asing, yang berbeda, bahkan yang sering diabaikan.
Peristiwa di Tanjong Katong mengajak kita merenung: Apakah gereja kita cukup terbuka untuk menjadi tempat bernaung bagi ‘orang Samaria’ di masa kini? Dan yang lebih penting, apakah kita siap untuk menjadi ‘orang Samaria’ itu: hadir, menolong, dan mengasihi bahkan di saat yang tak terduga ketika kita dihadapkan pada momen-momen tersebut? (SH)
Image by proximus, courtesy of sesawi.net