Why Jesus IS Still the Savior of the World?
Mengapa Tuhan Yesus Kristus tetap layak menyandang identitas Juruselamat Dunia, bahkan sampai sekarang ketika detik ini anda membaca renungan?
Karena kondisi realita hidup manusia dengan kemajuan teknologi tetap saja tidak menghapus kegelapan hati manusia yang sifatnya universal dan terus terjadi sampai detik ini. Ratusan tahun sebelum peristiwa Natal, Yesaya berkata: Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang:
Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai(9:6). Seruan ini dilatar belakangi oleh kondisi kegelapan yang amat mengenaskan dan diungkapkan dalam Yesaya 8:21-22 dan Yesaya 9:1-2. Karena dunia sekarang masih mengalami kegelapan, maka Yesus yang artinya “Jehovah Saves!” tetap diperlukan. Dunia tetap membutuhkan penyelamat sebab kegelapan dalam dunia ini bukan sekedar kegelapan materiil. Kegelapan dunia ada di dalam hati manusia yang terus tidak mempedulikan Tuhan. Kegelapan hati manusia sangat hitam meski aktifitas keagamaan bisa terus disaksikan tiap hari. Gelapnya hati manusia, butanya mata rohani dan tumpulnya pendengaran rohani mengenai apa yang adil dan benar menjadikan peran Juruselamat makin kritis diperlukan.
Semua kegelapan hati manusia itu nampak ketika kesombongan makin merajalela, kejahatan diterima sebagai norma, kekerasan dianggap mulia, dan keserakahan dinilai lumrah demi menaikan taraf kesejahteraan hidup. Tidak ada sistem pendidikan yang bisa menghapus kegelapan yang demikian. Penambahan kekayaan juga tidak mungkin membersihkan hati manusia. Agama dengan segala tradisinya pun tidak mampu menyucikan noda. Hanya sosok penyelamat yang dari Allah mampu menghapus kegelapan tsb.
Penyelamatan melalui karya damai Yesus Kristus sudah terjadi 2000-an tahun yang silam. Yesus, Raja Damai yang dinubuatkan oleh Yesaya benar-benar menampilkan kekuasaan lewat jalur tanpa kekerasan. Meski IA dapat menggunakan otoritasNya, namun IA tidak memilih kekerasan. KelahiranNya di Natal pertama sungguh merupakan bukti pengosongan diri yang tidak mungkin 100% kita dapat selami. Allah turun jadi bayi, dihadirkan melalui perawan Maria, tidak ada istana dengan selimut sutera, dan IA rela alami yang paling minim dan melarat. Ini teladan bagi kita yang sungguh percaya padaNya. Mengosongkan ego diri agar damai bisa diupayakan terjadi dengan semua golongan. Hanya dengan mempercayai sosok penyelamat inilah, hati kita dibersihkan. Yang gelap disucikan menjadi bersih dan putih. Penyelamatan oleh Yesus Kristus menantikan konklusi puncak. Tiap tahun kita melewati masa Adven adalah supaya iman dan pengharapan kita dijaga dalam penantian. Jadi bagi kita komunitas Kristus, penantian kita mirip dengan penantian para umat Allah di jaman Yesaya. Namun penantian kita adalah Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang akan mengangkat kita serta memberi kebangkitan tubuh dan sebagai Tuhan yang menghakimi dalam kebenaran dan keadilan. Berimanlah! Jangan putus harapan! Tuhan Allah yang sama pasti menggenapkan janjiNya! Selamat Natal!