PULANG
Salah satu fenomena yang menyertai perayaan tahun baru kalender Tionghoa adalah migrasi besar-besaran ratusan juta orang Tionghoa untuk kembali ke kampung halamannya. Fenomena ini memiliki nama tersendiri, yaitu Chunyun, yang disebut sebagai migrasi umat manusia tahunan yang terbesar di dunia. Pada tahun 2018, tercatat ada sekitar 385 juta orang Tionghoa yang mengadakan perjalanan mudik ke kampung halamannya untuk merayakan tahun baru. Fenomena serupa juga dapat ditemukan pada perayaan hari-hari raya lain seperti hari Natal dan Lebaran, dengan umat keagamaan yang bersangkutan mengadakan perjalanan kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dan merayakan hari raya tersebut dengan keluarganya masing-masing. Di masa modern dengan tingkat mobilitas yang tinggi, semakin umum bagi seseorang untuk tinggal jauh dari keluarga atau kampung halaman, dan karena itu semakin langka dan berharga pula kesempatan untuk pulang dan meluangkan waktu bersama mereka.
Salah satu momen reuni keluarga yang mengharukan dalam Alkitab adalah perjumpaan kembali Esau dan Yakub. Ketika Yakub dalam perjalanan pulang ke tanah Kanaan, ia menyuruh utusannya berjalan lebih dahulu untuk menemui Esau, berhubung ia masih takut sekiranya Esau masih menyimpan dendam terhadapnya. Ketika rombongannya semakin mendekat, semakin takutlah dia karena ia melihat Esau bersama dengan 400 orang, yang dikiranya adalah pasukan Esau. Namun yang terjadi tidak pernah dibayangkannya sebelumnya. Esau justru berlari mendapatkan Yakub, mendekapnya, memeluk lehernya dan menciumnya, dan mereka pun bertangis-tangisan. Kekhawatiran Yakub ternyata tidak terbukti, karena Esau sesungguhnya telah mengampuni kesalahan-kesalahannya (Kej 32-33).
Pesan yang serupa juga dapat kita temukan di perumpamaan anak yang hilang (Luk 15:11-32), yang menceritakan seorang anak yang memberanikan dirinya untuk meminta harta warisan bagiannya sebelum ayahnya meninggal. Setelah mendapatkannya, ia menjual seluruh bagiannya itu, memboroskan harta miliknya dengan berfoya-foya, sebelum akhirnya ia mulai melarat dan bahkan sampai perlu makan dari ampas makanan babi. Di dalam kondisinya yang nestapa seperti itu, akhirnya ia menyadari kesalahannya, bahwa ia telah berdosa kepada ayahnya. Ia pun bangkit dan pulang ke rumahnya, dan ayahnya berlari merangkul dan menerimanya kembali. Kisah ini merupakan cermin dari kasih Bapa di sorga yang senantiasa akan merangkul setiap anaknya yang bertobat dan mengakui kesalahan-kesalahannya. Karena itu, ingatlah, betapapun Anda telah melangkah jauh dariNya, Anda setiap saat dapat bertobat dan ‘pulang’ kepada rangkulan Bapa kita! (SH)