SALING MERENDAHKAN DIRI SEPERTI KRISTUS
by GPBB · Published · Updated
SALING MERENDAHKAN DIRI SEPERTI KRISTUS
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5)
Dalam usaha mengurangi dampak pandemik global, berbagai negara berusaha mendorong masyarakatnya untuk tetap tinggal di rumah. Kazuo Makino (59) adalah salah satu dari karyawan di Jepang yang terkena dampak krisis ekonomi karena pengaruh pandemik global. Tinggal di rumah berhari-hari ternyata memberi tekanan tersendiri bagi dia dan istrinya. Tuntutan pekerjaan dan kebutuhan hidup yang tidak berkurang dibarengi dengan ketidakpastian tentang situasi pandemik terhadap krisis ekonomi, khususnya masa depan pekerjaannya, Kazuo menenggelamkan dirinya dalam alkohol sepanjang hari.
Tidak kurang dari 5½ jam bersama alkohol, sambil ngobrol santai dengan istrinya, ia berharap dapat meringankan stress yang berkepanjangan. Namun di bawah kejenuhan dan pengaruh alkohol yang menekan, perlahan obrolan santai mereka berubah menjadi argument sengit ketika menyentuh area finansial. Sang istri mengingatkan bahwa krisis ini akan berdampak berat bagi pendapatan Kazuo; bukan sebuah obrolan manis yang diharapkan bagi telinga suami yang tengah dirundung stress dan alkohol. Mautpun menghampiri keluarga ini. Di tengah adu mulut yang sengit, Kazuo kehilangan kendali atas dirinya. Ia memukul istrinya dan melemparkannya keluar dari jendela apartemen mereka. Kisah nyata ini dituliskan oleh the Straits Times, Coronavirus: Rise in Domestic Violence Victims, for Whom Home Is Not a Safe Place.
Krisis pandemic global ini telah menghancurkan keharmonisan keluarga Kazuo. Dan mereka bukan satu-satunya korban. Minister for Social and Family Development, Desmond Lee membahas isu ini dalam Persidangan Parlemen pada Senin (April 6) ketika ia menyatakan bahwa ada tren dalam “higher rates of domestic violence, domestic quarrels and friction in the family” di negara-negara yang tengah menekankan pembatasan-pembatasan ruang gerak, khususnya untuk tetap tinggal di rumah. Tidak dapat dipungkiri, the new normal telah menyentuh segala aspek kehidupan, termasuk domestik. Gerakan #dirumahsaja adalah sebuah gerakan yang menolong untuk melemahkan dampak penyebaran virus ini. Tetapi dampak negatifnya terhadap kehidupan domestik perlu kita waspadai.
Dalam berbagai ketegangan ini, adalah baik untuk mengingat nasihat rasul Paulus untuk kita memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Kita diingatkan bagaimana Yesus dalam kesetaraan dengan Allah rela merendahkan diri untuk melayani manusia yang berdosa, bahkan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita di kayu salib. Menurut Paulus sikap ini dapat kita ikuti jika kita ‘tidak hanya memperhatikan kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga’ (ay.4). Bahkan, kita diminta untuk ‘dengan rendah hati menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri’ (ay.3). Hal ini pertama berlaku untuk Euodia dan Sintikhe yang kemungkinan besar pada waktu itu ialah pemimpin jemaat rumah (patron) di Filipi dan mereka saling bersitegang satu dengan yang lain. Paulus menegur mereka dan mengingatkan untuk “sehati sepikir dalam Tuhan” (Fil 4:2). Tetapi nasihat yang sama juga berlaku untuk setiap kita dalam kehidupan keluarga.
Pandemik global ini telah menerpa setiap area kehidupan tanpa terkecuali. Tetapi yang perlu kita perjuangkan tentunya bukan hanya pekerjaan dan bisnis kita, tetapi juga pasangan, keluarga dan pernikahan kita. Sementara suami berusaha untuk mengatur dan mengendalikan kestabilan keluarga dan pekerjaan, di tengah situasi yang seperti inilah, panggilan istri sebagai penolong suami paling dibutuhkan (Kej 2:18,20). Kiranya Allah memampukan kita untuk sehari demi sehari ‘sehati dan sepikir di dalam Tuhan’ dalam kehidupan keluarga kita. Tuhan memberkati (yj).