PENGULANGAN
by GPBB ·
PENGULANGAN
Ada sebuah cerita tentang satu gereja di sebuah desa Kristen yang baru saja menerima seorang pengerja penuh waktu setelah dalam kurun waktu tertentu gereja tersebut tidak memilikinya. Di minggu pertama gereja ini beribadah dipimpin sang pengerja baru, dapat dibayangkan seluruh jemaat mengantisapasi ibadah dengan antusias. Mereka ingin tahu dan mengenal pengerja baru mereka. Seperti apa rupanya, bagaimana nada suaranya dan tentu saja salah satu yang paling ditunggu adalah bagaimana khotbahnya!
Ibadah berjalan dengan lancar dan ketika khotbah disampaikan semua jemaat mendengarkan baik-baik dan mereka semua senang dengan isi khotbahnya, maupun cara menyampaikan khotbahnya. Para anggota majelis jemaat saling memandang dan mengangguk seakan ingin mengatakan, “Puji Tuhan! Doa dan pilihan kita untuk pengerja baru dijawab dengan baik!”
Selesai ibadah ketika bersalaman, cukup banyak anggota jemaat yang menyatakan apresiasinya kepada sang pengerja tentang khotbah yang disampaikan. Demikian juga dalam doa penutup di konsistori seorang diaken berdoa dengan sangat bersyukur untuk ibadah, khotbah dan pengerja baru yang baru memulai pelayanannya.
Sang pengerja di minggu itu kemudian menjalankan tugas dan pelayanannya: membesuk, rapat, berkenalan dan berbicara dengan sejumlah anggota jemaat dan anggota majelis dan tentu saja mempersiapkan ibadah di minggu berikutnya. Di minggu berikutnya anggota jemaat kembali datang beribadah dengan antusias. Tetapi ada hal mengagetkan ketika tiba pada waktu khotbah disampaikan. Sang pengerja baru menyampaikan khotbah yang sama dengan dengan minggu sebelumnya! Jemaat menjadi gelisah, apalagi majelis jemaat. Pada umumnya mereka menduga sang pengerja lupa bahwa khotbah itu telah disampaikan di minggu sebelumnya. Jadi mereka berusaha memaklumi apalagi khotbahnya memang bagus. Ketika bersalaman usai ibadah, masih ada anggota jemaat yang mengucapkan terima kasih untuk khotbah yang bagus karena baru pertama kali mengikuti ibadah dipimpin sang pengerja. Tetapi tidak ada yang berani bertanya tentang pengulangan khotbah karena masih sungkan.
Di minggu berikutnya ibadah berjalan kembali dan sang pengerja kembali mengkhotbahkan hal yang sama! Usai ibadah para anggota majelis mengadakan rapat mendadak untuk membahas hal tersebut yang akhirnya memutuskan untuk mengutus dua orang yang paling senior yang dianggap paling bijak untuk menanyakan mengapa khotbah yang sama diulang sampai tiga kali. Ketika ditanyakan, sang pengerja menjawab, “Ketika saya berkeliling desa memperhatikan hidup keseharian jemaat, berbicara dan mengikuti rapat, saya lihat semua jemaat termasuk para majelis tidak melakukan firman Tuhan yang telah diberitakan, karena itu saya mengulang di minggu kedua karena berpikir mungkin jemaat belum terlalu mengerti atau belum mengerti sepenuhnya. Demikian juga di minggu ketiga, karena jemaat belum melakukan firman yang telah mereka dengar.”
Cerita di atas mengingatkan kepada kita semua bahwa Tuhan lewat berbagai cara sudah menyampaikan firman-Nya kepada kita lewat ibadah, saat teduh, buku, ceramah, diskusi K2 dan lain-lain, pertanyaannya apakah saya sudah melakukan firman? Ayat Alkitab mengingatkan: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.” (Yakobus 1:22). Marilah menjadi pelaku firman dan bukan pendengar saja! (djh)