Kalau jemaat punya K2 atau accountability group, bagaimana dgn pastor dan pengerja?
by ADMIN · Published · Updated
Q) Kalau jemaat punya K2 atau accountability group, bagaimana dgn pastor dan pengerja?
A) Ini adalah pertanyaan yang menarik, jika jemaat melalui K2, apalagi K2 Murid ada accountability group, bagaimana dengan pengerja? Saya akan mencoba memberikan informasi untuk hal ini dari aspek organisasi dan juga personal:
1. Secara organisasi akuntabilitas secara umum distrukturkan sebagai berikut: para pengerja disupervisi oleh Senior Pastor, artinya Senior Pastor yang memperhatikan pertumbuhan pribadi dan kinerja pelayanan. Senior Pastor akan didampingi oleh biasanya wakil ketua majelis (salah satu penatua) untuk keperluan yang sama. Hanya wakil ketua majelis ini seperti menjadi “juru bicara” karena biasanya jika ada hal-hal yang ingin dibicarakan telah didiskusikan di antara para penatua GPBB lainnya.
2. Secara informal setiap pengerja mempunyai pendamping satu orang penatua untuk teman berdiskusi, baik untuk urusan pelayanan maupun untuk urusan pribadi. Hal ini juga bisa menjadi wadah timbal balik pengerja mendapat masukkan atau memberi masukkan.
3. Di antara pengerja sendiri ada pertemuan rutin yang membicarakan baik urusan pelayanan maupun pribadi dan saling mendoakan. Pada kesempatan ini bisa saling menanyakan dan saling memberi masukkan. Ada juga group WA para pengerja dan jalur informal antar pribadi biasa dilakukan.
4. Masing-masing pengerja GPBB saat ini memiliki kelompok yang tadinya merupakan kelompok akuntabilitas dalam Kelas Pemuridan batch pertama (Batch Majelis dan pengerja) dan kelompok doa tertentu.
5. Terkait dengan yang terjadi dalam kelas pemuridan, kelompok kecil pemuridan (K2M) memang didesignkan untuk menjadi kelompok akuntabilitas di mana tiap orang mensharekan hasil saat teduh mereka masing-masing di kelompok kecilnya. Dengan demikian bisa saling menyemangati dalam membangun disiplin saat teduh. Demikian juga dalam kelompok kecil diberikan waktu untuk sharing bagaimana kehidupan masing-masing menjalankan hidup sebagai murid bersama dengan Tuhan, bisa disharingkan suka cita maupun tantangannya untuk saling didoakan. Sebagai pembina kelas pemuridan, saya sendiri menggunakan bahan saat teduh yang sama dengan para peserta kelas pemuridan dan fasilitator. Setiap hari saya mensharingkan saat teduh pribadi ke rekan-rekan fasilitator dengan tujuan akuntabilitas. Tujuan kedua sharing saat teduh ini mungkin bisa memberikan pembanding dan saling melengkapi dengan saat teduh yang dilakukan oleh yang lainnya.
Terakhir, manusia bisa merancangkan sejumlah alat akuntabilitas untuk bisa menjaga pertumbuhan pribadi dan pelayanan, tetapi pada akhirnya ada Tuhan yang mahatahu di mana kita tidak bisa menyembunyikan apapun. Nanti Tuhan yang menjadi evaluator tunggal dan otoritatif karena tahu semua tentang kita. Kita akan mempertanggung-jawabkan segala sesuatu kepada Tuhan. Maka lebih takutlah akan Tuhan daripada akan manusia, dan lakukanlah segala sesuatu untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Saya kutipkan Kolose 3:22-24 “ Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” (djh)