AKU TIDAK AKAN SELALU ADA PADA KAMU (Yohanes 12:1-8)
by GPBB ·
Perikop yang kita baca mengisahkan bagaimana Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya datang ke Betania dan singgah di rumah Lazarus, sahabat yang dikasihi-Nya yang Ia bangkitkan dari antara orang mati (Yohanes 11:1-44). Di sana di rumah Simon si Kusta diadakan pesta menyambut kehadiran Tuhan Yesus dan rombongan dan seperti biasa, Marta melayani mereka. Ini adalah seminggu sebelum Paskah, hanya beberapa hari menjelang Tuhan Yesus dikhianati, ditangkap, disiksa dan mati di kayu salib.
Di tengah jamuan itu, datanglah Maria. Ia mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya (ay.3). Dalam konteks kebudayaan Palestina pada waktu itu, minyak narwastu adalah minyak yang amat mahal, belum lagi jika itu adalah minyak yang murni. Harganya naik berlipat kali. Biasanya minyak ini disimpankan oleh seorang ayah untuk hari pernikahan anaknya; atau diwariskan untuk digunakan sebagai wangi-wangian untuk hari penguburan nanti. Bentuk penggunaan minyak ini adalah wujud cinta kasih, bakti, hormat dan sembah. Inilah yang Maria ungkapkan kepada Tuhan Yesus. Di matanya, Tuhan Yesus adalah segala-galanya, bahkan melebih harta yang mahal yang dimilikinya (minyak narwastu itu). Ia juga tidak memperdulikan pendapat orang banyak. Ia bahkan menyekanya dengan rambutnya. Ini adalah ungkapan kasih dan penyembahan kepada Tuhannya.
Hal ini menarik perhatian Yudas Iskariot. Ia adalah bendahara dari rombongan Tuhan Yesus. Ia bertanggungjawab atas uang kas yang dipercayakan kepadanya (Yoh.12:6). Yudas mengkritik perbuatan Maria yang menyia-nyiakan harta dan jika digunakan untuk orang miskin, itu akan lebih berguna (ay.5). Sekilas hal ini seolah menggambarkan hati Yudas yang filantropis, senang membantu orang dan penuh semangat kemanusiaan. Tetapi sebenarnya, hatinya penuh keserakahan dan cinta uang. Alkitab dengan jelas menyebutkan: “Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya (ay.6). Bagi Yudas, Tuhan Yesus tidak ada nilainya. Itu sebab tidak layak Ia mendapat penyembahan yang begitu dalam. Bagi Yudas, uang, harta dan kepentingan dirinya adalah segalanya. Tidak heran ia dengan mudah menjual Tuhannya. Tuhan Yesus memuji sikap Maria yang mengingat hari penguburan Tuhan, dan Ia secara tidak langsung mempertanyakan sikap hati Yudas yang tidak merasa kehilangan, padahal Yesus sebentar lagi akan tidak bersama-sama dengan mereka (“Aku tidak akan selalu ada pada kamu” [ay.8]).
Hari ini kita tengah memasuki Minggu Prapaskah yang pertama. Mari kita merenungkan: Siapakah Yesus bagi Anda? Apakah Dia hanya semacam alat untuk menambah kemakmuran, kesehatan, dan kenyamanan diri, seperti Yudas? Ketika Tuhan melihat hati kita, adakah Ia mendapati kasih dan penyembahan kita kepada-Nya, seperti Maria? Selamat memasuki minggu-minggu Prapaskah. Tuhan memberkati (yj).
Mary anoints Jesus – Photo credit: Free Bible Images, courtesy of www.LumoProject.com